Apa itu Recovery Point Objective?

Recovery Point Objective (RPO) adalah batas usia maksimum data yang harus dipulihkan dari sistem backup agar sistem, komputer, atau jaringan bisa kembali berjalan normal setelah terjadi kegagalan—entah karena error pada perangkat keras, perangkat lunak, atau gangguan jaringan.

RPO biasanya dihitung mundur dari waktu kejadian gangguan, dan dinyatakan dalam hitungan detik, menit, jam, atau bahkan hari. RPO merupakan komponen penting dalam rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan / DRP).

Begitu sebuah sistem ditentukan RPO-nya, maka bisa dihitung seberapa sering backup harus dilakukan. Ini, bersama dengan Recovery Time Objective (RTO), membantu admin sistem memilih teknologi dan prosedur DR yang paling cocok.

Misalnya, kalau RPO-nya adalah 1 jam, berarti backup harus dilakukan minimal setiap satu jam sekali. Dalam kasus ini, hard disk eksternal atau sistem redundan mungkin jadi solusi paling efisien. Tapi kalau RPO-nya 5 hari, maka backup tiap 5 hari pun cukup—dan dalam skenario ini, media seperti tape atau cloud storage bisa digunakan.

Gimana Cara Kerja RPO?

RPO bekerja dengan menetapkan seberapa jauh waktu kehilangan data yang masih bisa ditoleransi oleh organisasi berdasarkan business continuity plan (BCP) atau rencana kelangsungan bisnis.

Batas toleransi kehilangan data ini akan berbeda-beda tergantung organisasi dan jenis workload-nya. Dari situ, bisa ditentukan RPO yang sesuai.

Biasanya, RPO dikonfigurasi secara otomatis sebagai pengaturan kebijakan (policy) di dalam perangkat lunak backup atau layanan cloud, agar backup dilakukan secara otomatis sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Gimana Cara Menghitung RPO?

Untuk menentukan RPO, ada beberapa langkah awal yang perlu dilakukan.

Pertama, organisasi harus tahu dulu jenis data apa yang mereka miliki dan di mana data itu disimpan. Lalu, pahami seberapa sering data tersebut diperbarui dalam kegiatan operasional harian. Selain itu, penting juga untuk mengetahui nilai atau pentingnya data tersebut pada waktu tertentu.

Setelah semua itu diketahui, admin bisa membuat keputusan kebijakan untuk menentukan RPO berdasarkan tingkat toleransi kehilangan data dari perusahaan. Jadi pada dasarnya, berapa banyak data (dalam hitungan waktu) yang masih bisa ditoleransi untuk hilang, tapi bisnis tetap bisa jalan normal.

Contoh Penerapan RPO

Setiap bisnis bisa saja punya banyak tingkatan RPO tergantung workload dan toleransi kehilangan datanya:

  • Data kritikal (0–1 jam). Misalnya transaksi perbankan atau data yang sangat penting dan nggak boleh hilang sama sekali. RPO-nya harus continuous backup.
  • Data semi-kritis (1–4 jam). Contohnya file di file server atau log percakapan. Backup bisa dilakukan maksimal tiap 4 jam.
  • Data kurang kritis (4–12 jam). Seperti data pemasaran, bisa ditoleransi hilang sampai 12 jam sebelum backup terakhir.
  • Data jarang diubah (13–24 jam). Misalnya spesifikasi produk yang jarang diperbarui, cukup backup harian dengan RPO maksimal 24 jam.

Para ahli menyarankan supaya RPO nggak lebih dari 24 jam. Backup harian dianggap sebagai best practice minimum untuk hampir semua data.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *