Apa itu development environment?
Dalam dunia pengembangan perangkat lunak, web, dan aplikasi mobile, development environment adalah sebuah ruang kerja (workspace) yang menyediakan sekumpulan proses dan alat pemrograman untuk membuat source code dari sebuah aplikasi atau produk software. Lingkungan ini memungkinkan developer untuk berinovasi dan membangun aplikasi tanpa takut merusak sistem yang sudah live.
Lingkungan pengembangan untuk aplikasi mobile dan web punya akar dari environment pengembangan perangkat lunak konvensional. Meskipun secara umum punya kesamaan, masing-masing environment ini juga punya perbedaan mendasar. Web app biasanya punya siklus pengembangan yang cepat dan dikerjakan oleh tim kecil karena dikirimkan lewat internet dan diakses via browser. Sementara itu, aplikasi mobile seringkali dikembangkan secara spesifik untuk memanfaatkan fitur unik dari suatu perangkat dan sistem operasi (OS) tertentu.

Jenis-jenis development environment
Beberapa tipe development environment yang umum antara lain:
- Language-centered environments: mendukung satu bahasa pemrograman beserta alat-alat pendukungnya.
- Structure-oriented environments: memungkinkan developer untuk memanipulasi struktur data secara langsung.
- Toolkit environments: menyediakan kumpulan alat bantu seperti dukungan lintas bahasa, manajemen konfigurasi, dan version control.
Development environment juga membantu mengotomasi proses manual yang terlibat dalam pengembangan, pengujian, debugging, patching, update, dan maintenance aplikasi. Biasanya, perubahan yang dibuat dalam development environment akan melalui beberapa tahapan environment sebelum benar-benar di-live-kan. Lingkungan ini mencakup local development, staging, dan live environment. Ketiga lapisan ini membentuk ekosistem pengembangan dari awal hingga akhir.
Secara umum, development environment terdiri dari tiga tingkatan server: development, staging, dan production — biasa disingkat DSP.
1. Development server
Development server digunakan untuk ngetes kode dan memastikan performa aplikasi oke. Kalau udah lolos pengujian, baru deh aplikasinya dipindahkan ke staging server.
2. Staging server
Staging server ini dibuat semirip mungkin sama production environment. Tujuannya biar bisa uji coba terakhir sebelum aplikasi benar-benar diluncurkan ke server yang live.
3. Production server
Production server, atau biasa juga disebut live server, dipakai untuk hosting konten website dan aplikasi yang udah siap digunakan pengguna. Setelah aplikasi disetujui, baru deh masuk ke production server.
Apa itu integrated development environment?
IDE (Integrated Development Environment) adalah lingkungan pengembangan yang menyatukan semua proses dan tools dalam satu interface yang terorganisir. IDE memudahkan developer untuk nulis kode, testing, sampai packaging dengan efisien. Bayangkan IDE itu kayak toolbox serbaguna buat developer biar kerjaan jadi lebih produktif.
Salah satu contoh IDE yang populer adalah Visual Studio .NET dari Microsoft. Sementara istilah Computer-Aided Software Engineering (CASE) merujuk pada kumpulan tools dan praktik buat manajemen proyek pengembangan software.
Jenis-jenis integrated development environment
Jenis IDE yang dipakai sebaiknya disesuaikan dengan jenis aplikasi yang lagi dikembangkan. Jadi, IDE perlu cocok sama bahasa pemrograman yang dipakai, perangkat dan OS yang digunakan, apakah aplikasi cloud-based, dan faktor lainnya.
Cloud IDEs adalah IDE berbasis web yang didesain khusus buat ngembangin aplikasi cloud. Beberapa cloud IDE bahkan dioptimalkan untuk bikin native apps di smartphone atau tablet. Keunggulannya? Bisa diakses dari mana aja, nggak ribet install, dan enak buat kerja bareng tim jarak jauh.
IDE buat mobile development biasanya mendukung coding untuk platform iOS dan Android. Kalau aplikasi kamu ditujukan buat lintas platform (iOS, Android, dan web), sebaiknya pakai IDE yang mendukung multi-OS sejak awal.
Ada juga Java IDE — seperti namanya, ini IDE khusus buat ngoding pake Java. Tapi kadang juga bisa support bahasa lain.
Satu lagi, ada Arduino IDE yang open source dan cocok buat ngoding, compile, test, dan upload ke board Arduino. Kurang lebih kayak text editor khusus tapi fiturnya lengkap.
Lihat juga: low-code, no-code, web application development, iterative development, artifact, software development kit, Agile software development, behavior-driven development, dan Lean software development.