Apa Itu Spiral Model?
Spiral model adalah salah satu metode dalam systems development lifecycle (SDLC) yang digunakan untuk manajemen risiko. Model ini menggabungkan pendekatan iterative development dengan elemen dari Waterfall model. Spiral model banyak digunakan oleh software engineer, terutama dalam proyek besar, kompleks, dan berbiaya tinggi.

Kalau dilihat dalam bentuk diagram, spiral model berbentuk spiral atau gulungan yang berisi banyak loop. Jumlah loop-nya bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan proyek dan biasanya ditentukan oleh project manager. Setiap loop dalam spiral mewakili satu fase dalam proses pengembangan perangkat lunak.
Spiral model memungkinkan produk dikembangkan secara bertahap dan diperbaiki di setiap fasenya. Kita juga bisa membangun prototype di tiap fase untuk eksplorasi ide dan mitigasi risiko yang belum diketahui sejak awal.
Kapan Spiral Model Cocok Digunakan?
Seperti disebutkan tadi, spiral model cocok untuk proyek besar, rumit, dan berbiaya tinggi. Tapi ada juga skenario lain yang cocok:
- Proyek yang butuh rilis/update sering
- Proyek yang memungkinkan banyak perubahan di tengah jalan
- Proyek jangka panjang yang rawan berubah karena prioritas bisnis
- Proyek dengan risiko menengah sampai tinggi
- Proyek yang butuh analisis biaya dan risiko sejak awal
- Proyek yang mendapat banyak manfaat dari pembuatan prototype
- Proyek dengan requirement yang belum jelas atau sangat kompleks
Fase-Fase dalam Spiral Model
Kalau kita lihat diagram spiral-nya, radius spiral menggambarkan biaya proyek dan sudutnya menunjukkan progres. Setiap fase dimulai dengan penentuan tujuan, lalu berakhir saat hasilnya direview oleh tim dev atau klien.
Setiap fase bisa dibagi jadi empat kuadran:
- Identifikasi dan pemahaman kebutuhan
- Analisis risiko
- Pembuatan dan pengujian prototype
- Evaluasi dan perencanaan fase berikutnya
Fase dimulai dari kuadran pertama dengan mendefinisikan tujuan dan mengidentifikasi berbagai solusi alternatif. Selanjutnya, di kuadran kedua dilakukan analisis risiko, misalnya potensi overbudget atau celah keamanan.
Setelah itu, di kuadran ketiga dibangun prototype awal. Langkah ini meliputi desain arsitektur, modul, desain produk, sampai jadi bentuk final dari prototype tersebut.
Kuadran terakhir berisi evaluasi hasil pengujian prototype. Di sini developer bisa refleksi apa yang berhasil dan apa yang harus diperbaiki. Setelah itu, perencanaan untuk fase berikutnya dilakukan dan spiral berlanjut lagi. Proyek akan berakhir setelah semua iterasi selesai dan produk siap diluncurkan.
Langkah-Langkah Spiral Model
Meski setiap kuadran punya fungsinya sendiri, masing-masing kuadran juga terdiri dari beberapa langkah. Berikut langkah umum spiral model:
- Kebutuhan sistem didefinisikan sedetail mungkin, biasanya lewat wawancara dengan pengguna.
- Desain awal (preliminary design) dari sistem dibuat.
- Prototype pertama dibangun berdasarkan desain awal, biasanya dalam bentuk sistem sederhana.
- Prototype kedua dikembangkan lewat empat tahap: evaluasi prototype pertama, definisi kebutuhan baru, desain dan perencanaan, serta konstruksi dan pengujian prototype kedua.
- Kalau risikonya dianggap terlalu tinggi, proyek bisa dihentikan.
- Prototype yang ada dievaluasi kembali, dan bisa dikembangkan lagi menjadi prototype baru jika diperlukan.
- Iterasi terus dilakukan sampai klien puas dengan hasilnya.
- Sistem final dibangun berdasarkan prototype yang disempurnakan.
- Sistem akhir diuji secara menyeluruh dan masuk tahap maintenance untuk menjaga performa dan menghindari gangguan besar.
Keuntungan Spiral Model
Spiral model punya banyak kelebihan, terutama untuk proyek yang kompleks. Karena dikembangkan bertahap, tim bisa fokus satu fitur pada satu waktu tanpa takut ada yang terlewat.
Keuntungan lainnya:
- Fleksibel. Perubahan kebutuhan saat development bisa langsung diakomodasi.
- Manajemen risiko. Karena analisis risiko dilakukan di tiap fase, kita bisa mengantisipasi masalah lebih awal, termasuk bug besar atau potensi serangan.
- Kepuasan klien. Klien bisa ikut evaluasi di tiap fase. Mereka bisa kasih feedback lebih awal, sehingga tim dev nggak buang waktu dan dana untuk fitur yang salah arah.
Kekurangan Spiral Model
Tentu, spiral model juga punya beberapa keterbatasan:
- Biaya tinggi. Karena prosesnya panjang dan kompleks, model ini kurang cocok untuk proyek kecil.
- Bergantung pada analisis risiko. Harus ada tim yang benar-benar paham risiko untuk hasil maksimal.
- Kompleks. Prosesnya lebih rumit dibanding SDLC lain, dan perlu dokumentasi lengkap di setiap fase.
- Manajemen waktu sulit. Karena jumlah fase tidak pasti sejak awal, perencanaan waktu bisa kacau dan rawan molor.