Internet Protocol version 6 (IPv6) adalah seperangkat spesifikasi dari Internet Engineering Task Force (IETF) yang bertugas untuk mengidentifikasi perangkat jaringan dan mengarahkan lalu lintas (traffic) di internet. IPv6 merupakan versi upgrade dari IP version 4 (IPv4).

Dasar-dasar dari IPv6 sebenarnya nggak jauh beda dari IPv4. Perangkat-perangkat jaringan bisa pakai alamat IP versi 6 sebagai alamat sumber dan tujuan buat mengirimkan paket data lewat jaringan. Tools standar kayak ping dan traceroute masih tetap bisa dipakai buat pengujian jaringan, walaupun ada sedikit perbedaan dalam penggunaannya.

Spesifikasi resmi untuk IPv6 ini dipublikasikan oleh IETF dalam dokumen RFC 8200 pada tahun 2017, dan sejak itu udah ditetapkan sebagai Internet Standard (STD 86).

Perbedaan antara IPv4 dan IPv6

Perbedaan paling kelihatan antara IPv4 dan IPv6 adalah panjang alamat IP-nya. IPv6 memperluas alamat IP dari 32 bit menjadi 128 bit. Dari 128 bit ini, 64 bit dipakai buat nomor jaringan (network number) dan 64 bit sisanya buat nomor host. Bagian host pada alamat IPv6 ini biasanya diambil dari alamat MAC atau identifier interface lainnya.

Peningkatan ini memungkinkan pertumbuhan internet yang sangat besar karena IPv6 menyediakan jumlah alamat yang hampir nggak terbatas. Sebagai perbandingan, IPv4 cuma menyediakan sekitar 4,3 miliar alamat, sedangkan IPv6 punya kapasitas alamat sekitar 1,028 kali lebih banyak. Jadi, kekhawatiran soal kehabisan alamat IP bisa dibilang langsung beres dengan adanya IPv6.

Format alamat IPv6 terdiri dari delapan grup yang masing-masing berisi empat digit heksadesimal, yang mewakili 16 bit tiap grup. Untuk memperpendek alamat, angka nol di depan bisa dihilangkan.

Contoh alamat IPv4 dan IPv6:

  • Alamat IPv4: 192.0.2.0
  • Alamat IPv6: 2001:0DB8:1234:A1EA:A004:4001:53C8

IPv6 mendukung autoconfiguration, yaitu fitur yang bikin perangkat bisa bikin alamat IP sendiri tanpa perlu dikonfigurasi manual atau pakai server DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol). Selain itu, IPv6 udah punya fitur keamanan dan mobilitas bawaan seperti IPsec dan protokol Mobile IPv6.

Keuntungan IPv6

Beberapa fitur dan keuntungan dari IPv6 antara lain:

  • Dukungan untuk alamat sumber dan tujuan sepanjang 128 bit (16 byte).
  • Alamat multicast all-nodes dengan scope link-local untuk menjangkau semua node di segmen jaringan lokal.
  • Tidak perlu konfigurasi manual atau DHCP.
  • Dukungan record sumber daya host (AAAA) di DNS untuk memetakan hostname ke alamat IPv6.
  • Record pointer di DNS IP6.ARPA untuk memetakan alamat IPv6 ke hostname.
  • Dukungan ukuran paket minimum 1.280 byte.
  • Field Flow Label untuk identifikasi aliran paket, berguna untuk QoS.
  • Dukungan pesan ICMPv6 Router Solicitation dan Router Advertisement buat nentuin gateway default terbaik.
  • Pesan Multicast Neighbor Solicitation untuk menyelesaikan alamat IP ke alamat link-layer.
  • Pesan Multicast Listener Discovery buat ngatur keanggotaan di subnet lokal.

Komplikasi IPv6

Walaupun banyak keuntungan, IPv6 juga punya tantangan tersendiri, di antaranya:

  • Tidak ada checksum header karena sudah ditangani oleh protokol lapisan bawah.
  • Perangkat IPv4 dan IPv6 tidak bisa langsung berkomunikasi satu sama lain tanpa mekanisme transisi.
  • Proses migrasi dari IPv4 ke IPv6 bisa lama dan ribet.
  • Subnetting di IPv6 punya logika yang cukup rumit dan perlu waktu buat dipahami.
  • Header IPv6 bersifat fixed-length, jadi tidak bisa langsung pasang opsi seperti di IPv4. Tapi bisa pakai extension headers.
  • Host bisa ngirim fragment packet, tapi router nggak bisa.

Siapa yang sudah pakai IPv6?

Menurut laporan Google bulan Agustus 2019, sekitar 29% pengguna internet yang mengakses Google melakukannya lewat IPv6. Dan di Agustus 2024, angkanya naik jadi 47% pengguna.

Federal Communications Commission (FCC) menyatakan bahwa masa transisi ini akan berlangsung selama bertahun-tahun. Selama masa transisi ini, penyedia layanan internet dan aplikasi tetap harus mendukung IPv4. Tapi FCC juga mengingatkan bahwa pembagian dan transfer IPv4 yang semakin banyak bisa berdampak negatif terhadap performa dan privasi layanan internet.

Sampai Agustus 2024, beberapa penyedia VPN sudah mendukung IPv6, meskipun sebagian besar masih belum kompatibel sepenuhnya.

Keamanan IPv6

IPv6 punya kemampuan untuk menjalankan enkripsi end-to-end. Kalau IPv6 diadopsi secara luas, serangan man-in-the-middle bakal jadi jauh lebih sulit dilakukan.

Menurut Juniper Networks, dukungan terhadap protokol Secure Neighbor Discovery di IPv6 membuat serangan berbasis penamaan seperti ARP poisoning jadi lebih susah dilakukan. Di IPv4, serangan jenis ini tergolong gampang buat dilakukan oleh penyerang.

Tapi, keamanan tambahan ini tetap tergantung pada perancangan dan implementasi yang tepat. Misalnya, kalau sebuah server secara default sudah aktif IPv6 tapi firewall-nya belum diatur buat IPv6, maka jaringan tersebut tetap rentan diserang.

Mengelola jaringan dengan dua protokol internet sekaligus — IPv4 dan IPv6 — juga berarti konfigurasi jaringan harus diatur dua kali. Ini termasuk aktifkan routing IPv6, konfigurasi DNS yang mendukung IPv6, dan menerapkan kebijakan keamanan jaringan lewat packet filtering juga.

Catatan editor: Definisi ini telah diperbarui untuk mencerminkan perkembangan industri terkini dan meningkatkan pengalaman pembaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *