Apa Itu Toyota Way?

**Toyota Way** adalah filosofi manajemen menyeluruh milik Toyota yang berlandaskan dua prinsip utama, yaitu *Continuous Improvement* atau yang dikenal dengan kaizen, serta *Respect for People*. Dokumen resminya memang sudah disusun sejak 2001, tapi tidak dibagikan ke publik secara langsung.
Toyota Way terdiri dari 14 prinsip yang fokusnya adalah menghilangkan hambatan dalam proses bisnis sehari-hari demi mencapai kesempurnaan.

Sejarah Singkat Toyota Way

Dr. Jeffrey Liker, profesor di University of Michigan, memaparkan filosofi ini secara mendalam dalam bukunya yang terbit tahun 2004 berjudul *The Toyota Way*. Menurut Liker, pendekatan ini dirancang sebagai sistem yang memberikan tools bagi karyawan untuk terus mengembangkan cara mereka bekerja.
Toyota Way sendiri berbasis pada Toyota Production System (TPS), yang dikembangkan sejak tahun 1950-an sebagai alternatif dari sistem produksi massal milik Ford. Eiji Toyoda dan Taiichi Ohno mengembangkan TPS dengan menyesuaikan mesin dan proses agar sesuai dengan permintaan, serta mengutamakan efisiensi dengan sistem yang bisa mendeteksi masalah sendiri.

TPS ini nantinya menginspirasi konsep lean manufacturing dan menjadi dasar pengembangan Toyota Way di tahun 2001.

Apa Saja Prinsip Toyota Way?

Berikut adalah 14 prinsip Toyota Way menurut Jeffrey Liker:

  • Bangun filosofi jangka panjang. Fokus manajemen bukan hanya keuntungan jangka pendek, tapi pada sustainability jangka panjang dan menciptakan tujuan bermakna bagi karyawan.
  • Ciptakan alur proses yang mengalir. Proses yang tepat akan menghasilkan hasil yang baik. Ini termasuk menghilangkan tujuh pemborosan atau muda: overproduksi, menunggu, transportasi tak perlu, pemrosesan yang salah, inventaris berlebih, gerakan yang tidak efisien, dan cacat.
  • Gunakan sistem tarik (pull) untuk menghindari overproduksi. Produksi dimulai berdasarkan permintaan aktual menggunakan sistem visual seperti kanban.
  • Seimbangkan beban kerja. Konsep ini dikenal juga dengan heijunka, yang berarti penyamarataan produksi, untuk menghindari mura (ketidakseimbangan) dan muri (beban berlebih).
  • Berhenti untuk memperbaiki masalah sejak awal. Budaya kerja mendorong semua orang untuk langsung menyelesaikan masalah. Konsep jidoka (mesin cerdas yang bisa menghentikan sendiri saat ada error) adalah kuncinya.
  • Gunakan tugas dan proses standar. Proses yang stabil dan dapat diulang membantu menjaga output dan waktu produksi tetap konsisten.
  • Gunakan kontrol visual untuk menyoroti masalah. Indikator visual harus mudah dipahami agar semua orang bisa tahu apakah proses berjalan sesuai standar.
  • Gunakan teknologi yang terbukti dan andal. Teknologi sebaiknya mendukung pekerjaan manusia, bukan menggantikan. Biasakan mencoba proses secara manual dulu sebelum mengotomatiskannya.
  • Kembangkan pemimpin yang mampu mengajarkan filosofi ini. Pemimpin sebaiknya benar-benar paham proses dan nilai Toyota agar bisa menularkan ke generasi berikutnya.
  • Bangun tim yang mendukung filosofi ini. Budaya perusahaan dibentuk oleh tim hebat yang menjaga nilai-nilai perusahaan dalam jangka panjang.
  • Hargai jaringan eksternal. Perlakukan mitra dan supplier sebagai bagian dari bisnis untuk tumbuh bersama.
  • Atasi masalah langsung dari sumbernya. Ini dikenal juga sebagai genchi genbutsu, atau “pergi dan lihat langsung” untuk mengamati serta memverifikasi dengan data nyata.
  • Ambil keputusan secara matang dan konsensus. Evaluasi opsi yang ada, ambil keputusan secara kolektif, lalu eksekusi dengan cepat.
  • Terus belajar dan jadi organisasi pembelajar. Refleksi terus-menerus membantu memperbaiki proses dan mengimplementasikan solusi.

Toyota Way ini bisa dikategorikan ke dalam model 4P:

  • Philosophy. Prinsip pertama, fokus pada tujuan jangka panjang.
  • Process. Prinsip 2–8, seputar optimalisasi proses dan aspek teknis.
  • People and Partners. Prinsip 9–11, menyoroti budaya kerja dan kolaborasi.
  • Problem Solving. Prinsip 12–14, fokus pada peningkatan berkelanjutan.

Dua Pilar Utama Toyota Way

Toyota Way berdiri di atas dua pilar utama:

  • Continuous Improvement (Kaizen). Mengacu pada perubahan kecil tapi konsisten, kolaborasi, dan inisiatif problem solving tanpa asumsi.
  • Respect for People. Terbagi menjadi dua aspek: saling menghargai dan teamwork. Tim didorong untuk tumbuh bersama, saling memahami, dan membangun kepercayaan.

Penerapan Toyota Way

Beberapa penerapan prinsip Toyota Way bisa ditemukan di berbagai sektor, antara lain:

Dalam konteks lean project management, Toyota Way sering dipakai untuk meningkatkan efisiensi, salah satunya dengan metode bottleneck analysis, yakni mencari titik kemacetan dalam proses dan mencari akar permasalahannya.

Industri yang cocok menerapkan Toyota Way antara lain manufaktur, pengembangan perangkat lunak, hingga layanan kesehatan — pokoknya tim yang punya alur kerja terstruktur bakal terbantu dengan pendekatan ini.

Perbedaan Toyota Way dan Lean Manufacturing

Banyak yang menyamakan *Toyota Way* dengan *lean manufacturing*, padahal keduanya nggak sepenuhnya sama. Keduanya memang saling menginspirasi dan berbagi prinsip dasar, tapi Toyota Way lebih spesifik ke nilai dan budaya manajemen Toyota sendiri.
Lean manufacturing berdasarkan lima prinsip dari buku Lean Thinking karya James P. Womack dan Daniel T. Jones: value, value stream, flow, pull, dan perfection.

Toyota Way mengambil konsep lean lalu menerapkannya secara sistematis lewat 14 prinsip manajemen yang sesuai dengan konteks internal Toyota. Misalnya, prinsip ke-14 dalam Toyota Way mirip dengan prinsip terakhir lean — mengejar kesempurnaan.

Agile sendiri merupakan adaptasi dari prinsip lean yang diterapkan di pengembangan perangkat lunak. Cari tahu lebih jauh tentang Agile dan bagaimana metodologi ini dibandingkan dengan pendekatan lain, serta akar industrinya dari dunia manufaktur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *