Apa itu CALMS?

CALMS adalah sebuah kerangka kerja konseptual yang dirancang untuk mengintegrasikan tim, fungsi, dan sistem pengembangan serta operasional (DevOps) dalam suatu organisasi. Dengan menerapkan prinsip CALMS, organisasi bisa mengevaluasi sejauh mana mereka siap mengadopsi metodologi DevOps dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi proses pengembangan serta pengiriman perangkat lunak.
CALMS merupakan singkatan dari culture (budaya), automation (otomatisasi), lean (efisiensi), measurement (pengukuran), dan sharing (berbagi). Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Jez Humble, salah satu penulis buku The DevOps Handbook. Mengadopsi kerangka kerja CALMS dapat membantu organisasi menciptakan lingkungan pengembangan perangkat lunak yang kolaboratif, efisien, dan produktif.

Secara umum, CALMS juga digunakan sebagai maturity model untuk mengevaluasi kesiapan organisasi dalam menerapkan DevOps atau mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Kerangka ini diakui luas oleh komunitas DevOps global sebagai salah satu pendekatan terbaik untuk mengintegrasikan praktik DevOps ke dalam siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC).

Lima Pilar Utama CALMS

Sebagai kerangka kerja implementasi DevOps, CALMS terdiri dari lima pilar utama:

Culture (Budaya)

CALMS mendorong terbentuknya budaya kerja yang menekankan tanggung jawab bersama antar tim. Prinsip ini juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka dan kolaborasi lintas fungsi. Selain itu, budaya ini mendukung pembelajaran dari kegagalan sebagai sarana inovasi dan pemecahan masalah yang lebih cepat. Praktik DevOps yang sukses sangat bergantung pada budaya organisasi yang adaptif dan terbuka terhadap perubahan.

Automation (Otomatisasi)

Otomatisasi adalah prinsip dasar dalam DevOps. CALMS menekankan pentingnya mengotomatisasi proses pengembangan perangkat lunak. Tim sebaiknya mencari peluang untuk mengotomatisasi sebanyak mungkin tugas demi mengurangi pekerjaan manual dan meningkatkan kecepatan, efisiensi, serta reliabilitas SDLC.
Otomatisasi juga erat kaitannya dengan konsep Continuous Delivery (CD)Infrastructure as Code (IaC) juga penting karena memungkinkan manajemen infrastruktur yang konsisten dan aman. Baik CD maupun IaC membantu mengurangi beban kerja berulang, sehingga developer bisa lebih fokus pada hal-hal strategis.

Lean (Efisiensi)

Prinsip lean berasal dari dunia manufaktur, dengan tujuan memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan pemborosan. Dalam konteks DevOps, ini berarti tim harus mampu memvisualisasikan pekerjaan yang sedang berjalan (WIP), membatasi ukuran batch, dan mengelola panjang antrean tugas.
Tujuan akhirnya adalah untuk mempercepat pengiriman perangkat lunak, meningkatkan kualitas, menekan biaya produksi, dan memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik.

Measurement (Pengukuran)

Data dan metrik sangat penting dalam DevOps. Dengan melakukan pengukuran, tim bisa membuat keputusan berbasis data serta menilai kinerja proses dalam SDLC.
Tracking dan observasi terus-menerus membantu menemukan celah yang perlu diperbaiki dan meningkatkan proses DevOps secara keseluruhan. Hal ini bisa berdampak langsung pada hasil akhir dan stabilitas sistem.
Pengukuran yang tepat mendukung perbaikan berkelanjutan.

Sharing (Berbagi)

Pilar ini menekankan pentingnya komunikasi berkelanjutan antara tim pengembang dan tim operasi. Harus ada saluran komunikasi yang mudah digunakan untuk berbagi pengetahuan, praktik terbaik, dan pengalaman antar tim.
Prinsip ini juga bertujuan untuk membangun budaya yang terbuka, transparan, dan mendukung kerja tim lintas divisi — menghapuskan sekat antara Dev dan Ops, sesuai semangat utama dari DevOps itu sendiri.

Keterkaitan Antar Pilar CALMS

Kelima pilar CALMS saling terhubung dan tidak bisa berdiri sendiri. Untuk merasakan manfaat maksimal dari DevOps, semua pilar harus diimplementasikan secara seimbang.
Misalnya, kualitas perangkat lunak yang lebih baik bergantung pada Automation dan Sharing. Testing otomatis meningkatkan cakupan pengujian dan membantu tim menemukan bug lebih awal dalam SDLC, sehingga mereka bisa berinovasi dan memperbaiki produk lebih cepat.

Contoh lainnya adalah keterkaitan Lean dan Measurement. Dalam praktik DevOps, Lean mengakui bahwa kegagalan tidak bisa dihindari — data yang dikumpulkan membantu tim mengidentifikasi penyebab dan mengambil langkah cepat untuk memperbaiki serta melanjutkan pekerjaan tanpa hambatan.

Manfaat CALMS

CALMS menawarkan pendekatan terstruktur untuk mengadopsi DevOps, dengan mengidentifikasi keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan proses DevOps secara sukses. Setelah diterapkan, organisasi bisa mendapat banyak keuntungan seperti:

  • Proses pengembangan dan pengiriman perangkat lunak yang lebih efisien.
  • Komunikasi dan kolaborasi antar anggota tim jadi lebih baik.
  • Pembelajaran berharga dari kegagalan yang terjadi.
  • Otomatisasi infrastruktur dan proses deployment yang lebih mudah dikelola.
  • Produktivitas dan efisiensi tim yang optimal.
  • Waktu pengembangan produk lebih cepat dan time-to-market lebih singkat.
  • Kemampuan memantau metrik performa untuk perbaikan berkelanjutan.
  • Budaya kerja yang terbuka, transparan, dan mendorong inovasi serta perayaan keberhasilan bersama.

Intinya, CALMS membantu organisasi dalam mempercepat pengembangan dan pengiriman perangkat lunak, meningkatkan kualitas produk, mendorong inovasi, serta menciptakan tim yang tangguh dan adaptif.

CALMS vs ITSM

Kadang, CALMS dianggap sebagai alternatif dari IT Service Management (ITSM). ITSM sendiri adalah pendekatan strategis untuk merancang, menyampaikan, dan meningkatkan layanan TI dalam suatu organisasi.
ITSM, khususnya yang berlandaskan pada ITIL, dianggap oleh sebagian admin TI sebagai terlalu kaku dan kurang sesuai dengan semangat DevOps. Di sinilah CALMS hadir sebagai jembatan antara dua pendekatan tersebut.

Namun, menerapkan semua praktik dalam CALMS tidak mudah. Alat otomatisasi bisa mahal, alur kerja harus didesain ulang, dan tim perlu pelatihan tambahan. Selain itu, tantangan juga bisa muncul dalam memilih metrik yang relevan dan menghilangkan pemborosan. Tapi jika bisa mengatasi hambatan-hambatan ini, organisasi akan sangat terbantu oleh manfaat dari CALMS dan DevOps itu sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *