Apa itu prototipe?

Prototipe adalah versi awal dari suatu produk yang digunakan untuk mengembangkan versi-versi selanjutnya. Insinyur dan pengembang produk sering kali membuat versi uji coba dari produk, layanan, atau perangkat baru sebelum merilisnya.

Prototipe bukanlah produk atau layanan final. Sebaliknya, prototipe menyediakan cara untuk menguji ide, memvalidasi proses operasional, dan mengidentifikasi cara untuk meningkatkan item tersebut sebelum dirilis ke publik. Prototipe dapat diuji, dicoba, dilemparkan ke dinding, dan melalui tes lainnya. Jika lulus uji coba, kemungkinan besar akan memuaskan pelanggan. Jika proses prototyping mengungkapkan cacat, item tersebut bisa dibatalkan.

Kata prototipe berasal dari kata Latin proto, yang berarti asal, dan typus, yang berarti bentuk atau model. Dalam konteks non-teknis, prototipe adalah contoh yang sangat representatif dari kategori tertentu.

Prototipe dalam IT

Dalam IT, prototyping memiliki banyak bentuk, tergantung pada produk atau layanan yang sedang dikembangkan:

  • Pengembangan perangkat lunak. Prototipe adalah model kerja rudimenter dari sebuah produk atau sistem informasi, biasanya dibuat untuk tujuan demonstrasi atau sebagai bagian dari proses pengembangan. Dalam siklus hidup pengembangan sistem model prototyping, versi dasar dari sistem dibangun, diuji, dan kemudian dikerjakan ulang sesuai kebutuhan hingga prototipe yang dapat diterima tercapai, yang nantinya menjadi dasar untuk mengembangkan sistem atau produk yang lengkap.
  • Pemrograman. Pemrograman berbasis prototipe menghasilkan sebuah objek asli. Kemudian, objek baru dibuat dengan menyalin prototipe dan melakukan revisi sesuai hasil uji coba kode dan cara eksekusinya.
  • Desain perangkat keras. Ketika mengembangkan perangkat baru, seperti server atau router jaringan, membuat prototipe atau model buatan tangan yang sangat mirip dengan produk yang akan diproduksi memungkinkan perancang untuk memvisualisasikan dan menguji desainnya.

Jenis-jenis prototipe

Ada empat jenis prototipe yang dapat digunakan untuk memvalidasi ide atau konsep saat berkembang menuju bentuk finalnya:

  1. Model wireframe. Ini adalah model yang menangkap deskripsi dasar, struktur, dan desain produk tanpa mencakup mekanisme internalnya. Model ini membantu untuk membingkai item dan menetapkan tahap awal pengembangan. Wireframe juga disebut prototipe kertas.
  2. Model solid. Model ini dibangun di atas model wireframe, memberikan rincian mengenai mekanisme internal dan menunjukkan bagaimana produk akan terlihat saat sudah dalam bentuk solid.
  3. Mock-up. Ini adalah model fisik statis dari produk jadi untuk ditinjau dan divalidasi desain dan fungsinya.
  4. Model kerja. Model kerja adalah cara lain untuk menggambarkan prototipe; ia melakukan semua hal yang seharusnya dilakukan oleh produk atau layanan akhir tetapi memerlukan beberapa perbaikan sebelum diproduksi secara massal.

Salah satu contoh yang familiar dari langkah-langkah di atas adalah pengembangan mobil baru. Setelah wireframe, yang menetapkan parameter desain dasar, model solid, yang juga disebut model tanah liat, dikembangkan untuk memvisualisasikan lebih jelas bagaimana kendaraan tersebut akan terlihat. Kemudian, mock-up dibuat, dengan mesin, ban, dan fungsionalitas yang dapat diuji lebih dekat oleh para pemangku kepentingan.

Mock-up mobil dapat dipresentasikan di pameran mobil sebagai model eksperimen atau mobil impian untuk menilai reaksi publik. Akhirnya, ketika desain semakin mendekati bentuk finalnya, mobil dengan mesin dan semua fungsionalitas yang berfungsi diuji di jalan — sering kali dengan tanda khusus — untuk memvalidasi kegunaannya dan pengalaman pengguna akhir yang mungkin. Setiap langkah ini memberikan data tentang kinerja mobil dan kemungkinan penerimaannya oleh publik pembeli.

Alat untuk prototyping

Proses prototyping bisa dimulai dengan pensil dan kertas. Namun, berbagai alat interaktif tersedia untuk membawa ide melalui berbagai sampel awal hingga berbagai iterasi prototipe digital, pengujian prototipe, desain akhir, dan produksi massal.

Sistem yang melakukan pemodelan 3D adalah salah satu alat prototyping yang paling berguna. Melengkapi perangkat lunak desain 3D adalah pencetakan 3D, yang mempermudah pembuatan mock-up. Perangkat lunak desain memudahkan perancang untuk berpindah dari wireframe ke versi final, dan printer 3D membawa ide ke tahap awal realitas.

Photo of Formlabs 3D printer making nasal swabs
Printer 3D Formlabs membuat swab hidung untuk kit tes COVID-19.

Bukti konsep vs. prototipe

Sebelum model prototyping diproduksi, mungkin bermanfaat untuk menjalankan bukti konsep (POC). Keduanya adalah langkah yang berbeda dalam proses pengembangan produk.

Bukti Konsep (Proof of Concept – POC): Menguji Validitas Ide

POC berfungsi sebagai validasi awal untuk sebuah ide atau konsep sebelum sumber daya yang signifikan dialokasikan untuk desain formal, pengujian kelayakan teknis, dan produksi skala penuh. Bayangkan POC sebagai eksperimen terkontrol untuk menguji apakah sebuah ide secara fundamental layak dan berpotensi berhasil.

Tujuan utama dari POC adalah untuk mengurangi risiko dengan mengidentifikasi potensi masalah, hambatan teknis, atau asumsi yang salah sejak dini. Proses ini memungkinkan tim pengembangan untuk belajar dan beradaptasi sebelum berinvestasi lebih dalam.

Hasil dari proses POC dapat berupa:

  • Demonstrasi fungsionalitas terbatas: Menunjukkan bahwa aspek inti dari ide tersebut dapat diimplementasikan.
  • Studi kelayakan teknis: Memastikan bahwa teknologi yang diusulkan dapat bekerja sesuai harapan.
  • Identifikasi risiko dan tantangan: Mengungkap potensi masalah yang perlu diatasi dalam tahap pengembangan selanjutnya.
  • Produk Minimum yang Dapat Digunakan (Minimum Viable Product – MVP): Dalam beberapa kasus, POC yang berhasil dapat berevolusi menjadi MVP, yaitu versi awal produk atau layanan dengan fitur inti yang cukup untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna awal. MVP ini kemudian dapat menjadi landasan untuk pengembangan prototipe yang lebih komprehensif.

Prototyping: Mewujudkan Ide Menjadi Bentuk Nyata

Di tahap prototyping, kita bergerak dari validasi konsep ke perwujudan ide dalam bentuk yang lebih nyata dan interaktif. Prototipe adalah representasi awal dari produk atau layanan yang memungkinkan pengujian dan evaluasi yang lebih mendalam.

Tujuan utama prototyping adalah untuk:

  • Memvisualisasikan desain dan fungsionalitas: Membuat ide yang abstrak menjadi sesuatu yang dapat dilihat, disentuh, dan diinteraksikan.
  • Mendapatkan umpan balik pengguna: Memungkinkan calon pengguna untuk berinteraksi dengan produk dan memberikan masukan yang berharga.
  • Menguji kegunaan dan pengalaman pengguna (User Experience – UX): Memastikan bahwa produk mudah digunakan, intuitif, dan memenuhi kebutuhan pengguna.
  • Mengidentifikasi masalah desain dan implementasi: Menemukan potensi kekurangan dalam desain atau kesulitan dalam implementasi teknis sebelum produk final dibangun.
  • Mengkomunikasikan visi produk: Membantu pemangku kepentingan (stakeholders) memahami bagaimana produk akan bekerja dan terlihat.

Secara sederhana, POC menjawab pertanyaan “Bisakah ini dilakukan?”, sementara prototipe menjawab pertanyaan “Bagaimana ini akan bekerja dan terasa bagi pengguna?”. Keduanya adalah langkah penting dalam siklus pengembangan produk yang membantu memastikan bahwa produk yang diluncurkan tidak hanya inovatif tetapi juga layak secara teknis dan diinginkan oleh pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *