Apa itu Network Orchestration?

Network orchestration adalah proses penggunaan controller pada jaringan berbasis software-defined (SDN) untuk membantu membuat layanan jaringan dan keamanan jaringan yang sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan.

Tool orchestration bekerja dengan manajemen terpusat dari ujung ke ujung (end-to-end), di mana admin jaringan cukup memasukkan kebutuhan bisnis tingkat tinggi. Nantinya, controller akan otomatis menerjemahkan kebutuhan tersebut ke dalam perintah konfigurasi jaringan, lalu mengirimkan konfigurasi itu ke perangkat switching atau routing yang sesuai.

Karena sistem ini terpusat, admin dapat melihat kondisi jaringan secara menyeluruh — mulai dari performa, keamanan, hingga kesehatan jaringan. Tampilan menyeluruh ini bisa:

  • Menyederhanakan proses observasi jaringan.
  • Mempercepat efisiensi operasional.
  • Memudahkan tim NetOps dan NetSecOps untuk mendeteksi dan mengatasi masalah performa atau keamanan lebih cepat dibanding menggunakan berbagai tool terpisah.

Apa saja manfaat network orchestration?

Sebelum ada network orchestration, admin harus mengonversi sendiri kebutuhan bisnis seperti moves, adds, dan changes menjadi perintah konfigurasi teknis jaringan. Proses ini bisa memakan waktu dan rawan error — bisa menyebabkan performa turun hingga masalah keamanan.

Tool orchestration modern punya kecerdasan bawaan tentang kondisi jaringan, seperti:

  • Konfigurasi jaringan saat ini,
  • Infrastruktur perangkat,
  • Pengguna,
  • Perangkat endpoint,
  • Pola lalu lintas data.

Alih-alih menulis perintah konfigurasi teknis, admin cukup memasukkan tujuan bisnis. Tool akan otomatis menerjemahkannya ke dalam konfigurasi berbasis best practice.

Bahkan, banyak tool juga akan memberikan peringatan jika konfigurasi yang dibuat bisa menimbulkan konflik. Dengan begitu, admin bisa lebih cepat dan aman melakukan konfigurasi jaringan yang kompleks.

Apa bedanya network orchestration dan automation?

Network automation membuat dan mengirim konfigurasi ke perangkat jaringan atas nama admin. Network orchestration memanfaatkan automation, tapi juga menambahkan konsep Intent-Based Networking (IBN).

Inti dari IBN adalah memungkinkan admin menyampaikan tujuan bisnis, bukan perintah teknis. Hal ini dilakukan melalui antarmuka grafis (GUI) dari tool orchestration, lengkap dengan menu dropdown dan input box yang user-friendly.

Setelah admin memasukkan data tersebut, tool akan menyusun konfigurasi sesuai kebijakan jaringan yang diperlukan, lalu menerapkannya ke perangkat yang relevan. Dengan kombinasi automation + IBN, proses validasi dan implementasi konfigurasi bisa jauh lebih cepat.

Apa itu platform network orchestration?

Tool manajemen jaringan seperti enterprise Wi-Fi dan SD-WAN sudah lama menggunakan controller terpusat untuk membangun dan menyebarkan jaringan, seperti jaringan berbasis 802.11 dan koneksi WAN cerdas.

Network orchestration mengadopsi konsep yang sama, tapi diterapkan untuk jaringan kampus berbasis kabel dan data center, dengan fokus pada keseragaman kebijakan dari ujung ke ujung.

Alur proses network orchestration adalah sebagai berikut:

  1. Admin memasukkan tujuan bisnis tingkat tinggi ke dalam tool.
  2. Tool memvalidasi tujuan bisnis, lalu mengubahnya ke konfigurasi jaringan.
  3. Tool akan mendeteksi dan memperbaiki jika ada konflik atau ketidaksesuaian layanan, baik secara otomatis atau dengan bantuan tim NetOps.
  4. Tool menerapkan perubahan dan melakukan audit terus-menerus untuk memastikan konfigurasi tetap sesuai dengan tujuan awal.

Karena platform orchestration mengatur seluruh perangkat jaringan, platform ini juga bisa jadi pusat data untuk melihat performa, keamanan, dan kesehatan jaringan secara menyeluruh. Data ini bisa ditampilkan langsung di dashboard, atau dikirim ke tool monitoring eksternal lewat telemetri menggunakan API (application programming interface) northbound.

Siapa yang butuh network orchestration?

Sebagian besar gangguan jaringan di perusahaan besar biasanya disebabkan oleh kesalahan konfigurasi manual. Maka dari itu, network orchestration sangat penting, terutama untuk organisasi menengah hingga besar yang ingin mengurangi risiko downtime karena kesalahan manusia.

Selain itu, karena tool ini sudah pintar, admin jaringan bisa melakukan banyak perubahan tanpa butuh banyak staf teknis. Waktu tim jaringan juga bisa lebih efisien, karena banyak proses konfigurasi yang biasanya rumit bisa disederhanakan melalui otomatisasi yang cerdas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *