Apa Itu Agile Manifesto?

Agile Manifesto adalah sebuah dokumen yang mengidentifikasi empat nilai utama dan 12 prinsip yang diyakini para pencetusnya seharusnya menjadi pedoman kerja para pengembang perangkat lunak. Secara resmi disebut Manifesto for Agile Software Development, dokumen ini dibuat oleh 17 pengembang dalam sebuah pertemuan pada 11-13 Februari 2001 di The Lodge, resor ski Snowbird, Utah.

Para pengembang ini menamakan diri mereka Agile Alliance. Mereka sedang mencari alternatif dari proses pengembangan perangkat lunak yang saat itu dianggap terlalu rumit, tidak responsif, dan terlalu berfokus pada dokumentasi. Beberapa nama besar dalam kelompok ini antara lain Kent Beck, Arie van Bennekum, Alistair Cockburn, Andrew Hunt, dan Jeff Sutherland. Anggota aliansi awal ini merupakan orang-orang berpengalaman di dunia pengembangan perangkat lunak dan wirausaha teknologi.

Menurut situs agilemanifesto.org, tujuan utama mereka bukan untuk menolak metodologi, tapi justru untuk “mengembalikan kredibilitas pada kata metodologi”.

Selain itu, mereka juga ingin menemukan titik tengah antara pendekatan pengembangan lama dan alternatif baru yang sedang berkembang. Mereka mengakui bahwa pemodelan dan dokumentasi tetap diperlukan, asalkan ada manfaat yang jelas.

Para pengembang juga menegaskan bahwa meskipun perencanaan itu penting, kita juga harus siap menerima perubahan dan tetap fleksibel dalam menyesuaikan rencana. Secara keseluruhan, manifesto ini menekankan pentingnya menghargai individu dan interaksi dibandingkan proses dan alat bantu.

Manajemen proyek Agile menyatukan tim pengembang, pemangku kepentingan, dan pengguna untuk mendukung prinsip-prinsip Agile. Komunikasi antar anggota tim dilakukan secara langsung, baik tatap muka maupun jarak jauh, dan berlangsung secara rutin sebagai tolok ukur utama kemajuan proyek. Pendekatan ini mendukung ciri khas Agile: mengembangkan perangkat lunak secara bertahap dengan masukan pengguna di sepanjang proses, bukan hanya saat produk akhir dirilis.

Perkembangan Agile Manifesto

Komitmen untuk mengembangkan perangkat lunak secara bertahap, dengan peningkatan berkala dan tahapan-tahapan kerja, adalah inti dari pendekatan Agile. Metode ini memungkinkan pengguna mendapatkan versi baru atau rilis perangkat lunak setelah periode kerja singkat, yang sering disebut sprint.

Pendekatan Agile ini berbeda dengan metode waterfall yang lebih tradisional. Dalam waterfall, kebutuhan dan permintaan pengguna dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian perangkat lunak dikembangkan sekaligus dalam satu proyek besar. Produk akhir baru dirilis di akhir siklus. Ini mirip dengan siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC) yang mencakup evaluasi perangkat lunak lama, perencanaan, perancangan, pengembangan, pengujian, implementasi, dan pemantauan.

Agile Alliance menyatakan bahwa mereka mencari alternatif dari model waterfall yang dianggap terlalu berat dan terlalu banyak dokumentasi.

Tujuan Agile Manifesto

Pendukung metodologi Agile percaya bahwa keempat nilai dalam Agile Manifesto mempromosikan proses pengembangan perangkat lunak yang berfokus pada kualitas dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna.

12 prinsip yang ada bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang fokus pada kepuasan pelanggan, selaras dengan tujuan bisnis, dan responsif terhadap perubahan kebutuhan pasar atau pengguna.

4 Nilai Utama Agile

Empat nilai inti dari pengembangan perangkat lunak Agile menurut Agile Manifesto adalah:

  1. Individu dan interaksi lebih penting daripada proses dan alat bantu.
  2. Perangkat lunak yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi lengkap.
  3. Kolaborasi dengan pelanggan lebih penting daripada negosiasi kontrak.
  4. Merespon perubahan lebih penting daripada mengikuti rencana yang kaku.

12 Prinsip Agile

Agile Manifesto tidak hanya fokus pada lingkup proyek dan rencana pengembangan. Bagian terpenting dari manifesto ini adalah koordinasi erat dan interaksi rutin dengan pengguna perangkat lunak.

Berikut ini 12 prinsip dalam Agile Manifesto:

  • Memenuhi kebutuhan pengguna akhir melalui pengiriman kerja yang dini dan berkelanjutan.
  • Terbuka terhadap perubahan kebutuhan, bahkan di tahap akhir proyek.
  • Mengirim hasil kerja secara berkala, lebih baik dalam interval pendek.
  • Berinteraksi setiap hari antara tim proyek dan pemilik bisnis.
  • Membangun tim yang termotivasi, menyediakan lingkungan dan dukungan yang tepat, dan memberi kepercayaan penuh.
  • Komunikasi langsung secara rutin (tatap muka).
  • Mengukur kemajuan melalui hasil kerja yang telah selesai.
  • Mengembangkan proses yang berkelanjutan dan memiliki ritme kerja yang stabil.
  • Selalu menjaga standar kualitas melalui desain yang baik.
  • Mendorong kesederhanaan dalam setiap aspek pekerjaan.
  • Memahami bahwa hasil terbaik datang dari tim yang bisa mengatur diri sendiri dan menciptakan arsitektur serta desain terbaik.
  • Melakukan refleksi rutin untuk meningkatkan efektivitas tim dan menyesuaikan pendekatan kerja.

Agile vs. Scrum dan Metodologi Lain

Agile, sebagaimana dijelaskan dalam Agile Manifesto, dianggap sebagai sebuah filosofi. Sementara itu, metodologi dan kerangka kerja lain hadir untuk merinci atau menerapkan ide-ide dari manifesto ini.

Contohnya adalah Scrum, sebuah kerangka kerja untuk mengelola proyek iteratif. Dalam Scrum, seorang product owner bekerja sama dengan tim lintas-fungsi untuk menyusun daftar pekerjaan yang disebut product backlog.

Framework atau metodologi lain yang juga terinspirasi dari Agile antara lain Kanban, Crystal, Lean, dan Extreme Programming (XP).

Kontroversi Agile

Agile telah banyak diadopsi oleh tim pengembang perangkat lunak di industri teknologi, termasuk departemen IT perusahaan. Agile juga sering dikreditkan sebagai metode yang membuat proses pengembangan lebih cepat, responsif, dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna maupun bisnis dibandingkan metode tradisional seperti waterfall.

Namun, ada juga kritik terhadap Agile. Beberapa menyebut Agile terlalu dibesar-besarkan dan tidak cocok untuk semua situasi. Istilah, metode, dan budaya dalam Agile kadang tidak sesuai dengan budaya kerja di beberapa organisasi atau proyek.

Ada juga tim pengembang yang mengklaim menggunakan Agile, padahal sebenarnya hanya meninggalkan metode tradisional tanpa benar-benar menerapkan nilai dan prinsip Agile.

Relevansi Agile Saat Ini

Sejak munculnya Agile Manifesto di tahun 2001, banyak alat bantu baru yang membuat proses pengembangan perangkat lunak jadi lebih mudah. Jumlah perangkat lunak yang dibuat pun melonjak, sehingga muncul pertanyaan: apakah Agile masih relevan?

Saat ini, alat untuk membuat aplikasi bisa diunduh lewat smartphone, para pengembang saling berbagi ide lewat media sosial, dan teknologi cloud sudah jadi hal biasa dalam aktivitas pengembangan.

Sentuhan personal yang ditekankan dalam Agile Manifesto memang tetap penting, tapi mengandalkan komunikasi dan fleksibilitas tanpa perencanaan formal bisa menjadi tantangan, terutama untuk tim besar yang tersebar di berbagai lokasi. Komentar di media sosial bisa membantu tapi juga membingungkan. Meski begitu, kolaborasi erat dengan pengguna tetap sepenting dulu, bahkan mungkin lebih penting sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *