The Phoenix Project adalah novel terlaris tentang DevOps. Karakter-karakter dalam buku ini menunjukkan lewat tindakan mereka betapa pentingnya bagi sebuah organisasi untuk memprioritaskan keamanan dan menghancurkan silo yang secara tradisional memisahkan tim pengembangan dan tim operasional. Subjudul buku ini adalah “A Novel About IT, DevOps, and Helping Your Business Win”. Buku ini ditulis secara kolaboratif oleh Gene Kim, George Spafford, dan Kevin Behr, dan secara luas dianggap sebagai “kitab suci”-nya DevOps.
Selain menjadi genre fiksi yang langka (cerita fiksi yang bertema IT), *The Phoenix Project* sering digunakan sebagai panduan bagi para manajer IT untuk mengubah cara berpikir karyawan dalam merencanakan, menjadwalkan, dan menyelesaikan pekerjaan. Buku ini memperkenalkan strategi konkret dalam membangun budaya DevOps untuk meningkatkan kelincahan organisasi, dan menyampaikan informasi teknis dengan cara yang sangat mudah dipahami. Potongan isi bukunya tersedia dalam format PDF yang bisa diunduh dari penerbitnya, IT Revolution Press.
*The Phoenix Project* terinspirasi dari buku bisnis legendaris karya Eliyahu M. Goldratt berjudul “The Goal: A Process of Ongoing Improvement.” Sama seperti *The Phoenix Project*, *The Goal* juga menggunakan pendekatan naratif. Kedua buku ini mengajarkan pentingnya menghancurkan silo di level organisasi untuk mengidentifikasi dan mengelola hambatan yang berdampak negatif terhadap produksi. Kedua buku ini juga menekankan pentingnya membangun budaya kerja kolaboratif dan menggunakan karakter yang relatable untuk menjelaskan pentingnya budaya organisasi yang tidak saling menyalahkan.
Alur Cerita
Tokoh utama *The Phoenix Project* adalah Bill Palmer, direktur operasi IT di sebuah perusahaan suku cadang mobil besar yang punya divisi manufaktur dan retail. Ketika harga saham perusahaan tiba-tiba anjlok, Bill dipromosikan menjadi Wakil Presiden Operasional dan ditugaskan untuk meluncurkan inisiatif bisnis penting bernama Phoenix Project.
Secara historis, Phoenix adalah makhluk mitologi Yunani yang biasa dijadikan metafora untuk kelahiran kembali. Dalam buku ini, Phoenix adalah proyek pengembangan perangkat lunak model waterfall yang rumit dan dianggap sebagai kegagalan manajemen proyek besar oleh media.
Bill ditugaskan untuk membawa proyek ini dari fase pengembangan ke fase produksi dalam hitungan minggu. Saat mengambil alih, Bill sadar bahwa kalau peluncuran proyek Phoenix gagal, kemungkinan besar perusahaan akan dipecah dan pekerjaan tim IT akan dialihdayakan.
Ulasan Buku
*The Phoenix Project* beberapa kali meraih posisi #1 bestseller di kategori terkait di Amazon. Novel ini telah muncul di berbagai daftar What Corporate America is Reading sejak pertama dirilis dan sering disebut sebagai bacaan wajib bagi siapa pun yang bekerja di bidang IT.
Format novel (ya, ini juga permainan kata) memungkinkan informasi yang biasanya kering dijelaskan dalam konteks percakapan antar karakter. Meskipun strategi yang dipelajari tim Bill untuk mengelola perubahan cukup berguna, yang benar-benar membuat pembaca tertarik adalah konflik antar karakter yang terasa nyata.
Pembaca akan mengenali banyak karakter fiksi dalam buku ini sebagai representasi dari rekan kerja mereka di dunia nyata. Itulah salah satu hal yang bikin buku ini menyenangkan untuk dibaca.
Selama bertahun-tahun, *The Phoenix Project* juga dikritik karena dianggap terlalu seperti dongeng yang menyederhanakan proses perubahan budaya korporasi. Namun, para pendukung buku ini cepat-cepat menekankan bahwa buku ini memang tidak dimaksudkan sebagai studi kasus — dan tim WhatIs.com sepakat dengan hal tersebut.
Kami menyukai buku ini dan merekomendasikannya sebagai alat belajar yang bagus buat siapa pun yang ingin memahami bagaimana departemen IT mereka bekerja. Ini termasuk para karyawan yang memang bekerja di IT, maupun orang-orang dari lini bisnis (LOB) yang bergantung pada layanan IT untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
Berdasarkan pengalaman kami, edisi hardcover *The Phoenix Project* cocok banget untuk pembelajaran individu secara mandiri. Selama pandemi, kami juga sadar kalau versi Kindle dan Audible-nya jadi media pengembangan staf yang murah namun sangat berharga.
Catatan editor: Ini salah satu buku bisnis langka yang sebaiknya dibaca ulang secara berkala. Ada banyak banget informasi yang dikemas dalam cerita ini — dan seperti halnya semua buku bagus, pembaca kemungkinan akan mendapatkan wawasan baru setiap kali membacanya. BTW, buku lanjutan dari Gene Kim berjudul The Unicorn Project. Buku ini menceritakan ulang kisah yang sama dari sudut pandang seorang developer, dan dengan cerdas menggunakan banyak karakter yang sama untuk menciptakan kesinambungan dan menyampaikan informasi teknis yang lebih kompleks secara menghibur.
Menggunakan Buku Ini untuk Pengembangan Staf
Selama lockdown pandemi kemarin, cukup sulit bagi para penulis WhatIs.com untuk tetap dekat dengan audiens kami, tapi buku ini membantu mengisi kekosongan itu. Kami mulai dengan membaca satu bab *The Phoenix Project* setiap hari kerja, lalu berdiskusi selama 15 menit setelah rapat status harian kami di Microsoft Teams.
Di akhir minggu pertama, kami langsung sadar bahwa menit-menit “klub buku virtual” ini benar-benar berharga. Bahkan, sesi ini cepat menjadi bagian favorit dari hari kerja kami. Kami menyadari bahwa meskipun buku ini dipasarkan untuk audiens yang ingin belajar tentang DevOps, ternyata buku ini juga jadi alat pembelajaran yang hebat untuk tim mana pun yang bertanggung jawab menghasilkan suatu bentuk pekerjaan.
Ambil contoh tim produksi WhatIs.com. Kami memang memproduksi konten pembelajaran, bukan aplikasi perangkat lunak, tapi ternyata masalah kami mirip banget dengan yang dialami para karakter dalam *The Phoenix Project*. Kami mencoba meniru cara karakter buku ini menggunakan kanban untuk mengatur alur kerja, dan mencoba aplikasi Microsoft Teams Planner buat lihat apakah kanban bisa bantu mengatur alur kerja kami sendiri. (Spoiler: Bisa!)
Sama seperti tim Bill dalam buku ini, kami juga mulai bertanya ke rekan kerja dari berbagai silo dalam organisasi tentang seperti apa “hari kerja yang baik” dan “hari kerja yang buruk” itu bagi mereka.
Klub Buku Phoenix Project Selama Pandemi
Membaca buku ini bareng-bareng sebagai satu tim memperkuat nilai dari gagal dengan cepat dan bereksperimen dengan cara baru untuk mencapai tujuan bisnis. Dan seperti tim Bill dalam cerita — kami terus belajar lebih banyak tentang prioritas yang saling bersaing dan ketergantungan yang tidak diketahui dalam organisasi kami sendiri. Dari sinilah muncul ide membuat podcast dari sesi klub buku virtual yang kami lakukan selama pandemi dan mempublikasikan transkripnya. Dua rekaman pertama bisa ditonton dalam bentuk video di bawah ini.
Diskusi Klub Buku: Bab 1 dan 2
Diskusi Klub Buku: Bab 3 dan 4
Diskusi Klub Buku: Bab 5, 6 & 7
Sumber Daya Pengembangan Profesional
Selama membaca buku ini, anggota tim WhatIs.com mulai membuat catatan dan membagikannya di wiki Microsoft Teams yang kemudian berkembang jadi artikel 6 Pelajaran dari Membaca The Phoenix Project.
Anggota tim lain secara sukarela mencatat karakter-karakter dalam buku saat mereka diperkenalkan. Ada juga yang membuat ringkasan bab yang bisa berfungsi sebagai versi SparkNotes atau CliffNotes dari buku ini.
Ada juga yang membuat glosarium berisi istilah-istilah dalam buku dan menandai istilah mana saja yang perlu diperbarui atau ditambahkan ke daftar istilah kami — dan lama kelamaan kami sadar, kalau kami merasa ini berguna, kemungkinan besar orang lain juga.
Saat ini kami sedang mengumpulkan semua sumber daya buatan tim kami secara mandiri dan menyiapkannya untuk dipublikasikan. Jangan ragu untuk menghubungi [email protected] kalau kamu ingin berbagi ide tentang cara menggunakan *The Phoenix Project* untuk melatih karyawan baru, membangun budaya DevOps yang mendorong pembelajaran mandiri, atau bahkan ingin ikut klub buku virtual kami!