Apa itu CloudOps (cloud operations)?
Cloud operations atau CloudOps adalah proses pengelolaan, pengiriman, dan penggunaan perangkat lunak (software) dalam lingkungan komputasi awan, di mana kita nggak bisa lihat langsung detail infrastruktur di balik aplikasinya. Dalam skala enterprise, CloudOps mengadopsi prinsip DevOps seperti continuous integration dan continuous delivery (CI/CD) untuk menciptakan praktik terbaik demi menjaga ketersediaan layanan dan efisiensi proses bisnis yang berjalan di public cloud.
Tugas utama tim CloudOps biasanya mencakup:
- Manajemen konfigurasi sistem.
- Pembagian dan pengelolaan sumber daya.
- Optimasi performa dan kapasitas sistem.
- Mengelola kepatuhan terhadap regulasi atau standar.
- Memastikan SLA (Service-Level Agreement) terpenuhi.
4 Pilar utama dalam CloudOps
Ada empat pilar yang bisa jadi fondasi operasional CloudOps yang kuat: abstraksi, provisioning, kebijakan (policy), dan otomasi.
Abstraksi
Pilar pertama adalah abstraksi, yang artinya manajemen sistem bisa dipisahkan dari infrastruktur fisiknya. Artinya, instans mesin, penyimpanan, keamanan, jaringan, dan governance cloud bisa dikontrol lewat satu antarmuka manajemen, atau istilah kerennya single pane of glass. Contoh tools yang sering dipakai buat ini adalah Apigee.
Provisioning
Pilar kedua adalah provisioning, yaitu cara sistem mengalokasikan resource cloud. Biasanya dilakukan dengan dua cara: self-provisioning (user bisa bikin sendiri instans dan pemakaiannya dilacak) dan automated provisioning (sistem bisa minta atau lepas resource sendiri secara otomatis, sesuai kebutuhan).
Kebijakan (Policy)
Yang ketiga adalah pendekatan berbasis kebijakan. Artinya, ada aturan jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan user maupun aplikasi di cloud publik. Tujuannya, supaya resource cloud nggak terpakai sia-sia tanpa hasil yang sepadan.
Otomasi
Pilar terakhir adalah otomasi. Proses-proses seperti provisioning, manajemen user, keamanan, dan pengelolaan API biasanya diotomatisasi. Di sini, teknologi seperti AI dan machine learning sangat membantu untuk mempercepat dan mempermudah berbagai tugas tersebut.
Kelebihan dan kekurangan CloudOps
Memindahkan aplikasi ke cloud memang punya banyak keuntungan, seperti mengurangi beban infrastruktur lokal. Tapi tetap saja, aplikasi dan data yang sudah pindah ke cloud masih perlu dikelola dengan serius. Tim CloudOps harus memilih tools monitoring dan otomasi yang sesuai dengan workload yang dijalankan.
Kelebihan CloudOps antara lain:
- Lebih hemat biaya.
- Lebih simpel dibanding pendekatan tradisional.
- Butuh sumber daya yang lebih sedikit.
- Banyak proses bisa diotomatisasi.
- Skalabilitas tinggi dan provisioning server otomatis.
- Cloud bisa menyembunyikan detail infrastruktur dari aplikasi.
Sementara kekurangannya:
- Risiko pemborosan biaya jika overprovisioning.
- Kemampuan kontrol dan pengawasan bisa terbatas.
- Keamanan di cloud publik bisa jadi tantangan tersendiri.
Perbedaan CloudOps vs DevOps
DevOps itu pendekatan kolaboratif yang menyatukan tim pengembang (developer) dan tim operasional (ops) biar kerja lebih sinkron dan pipeline development bisa jalan terus lewat integrasi berkelanjutan (CI/CD).
Sedangkan CloudOps lebih fokus ke memastikan ketersediaan tinggi (high availability) dan operasional terus berjalan di lingkungan cloud publik.
CloudOps Engineer sebagai jalur karier
Untuk jadi CloudOps engineer, biasanya butuh latar belakang pendidikan di bidang ilmu komputer, teknik, atau disiplin yang berhubungan. Kebanyakan lowongan juga minta pengalaman dengan platform cloud populer seperti AWS, Microsoft Azure, dan OpenStack.
Sehari-hari, CloudOps engineer akan membuat proses untuk mengukur efektivitas sistem, mencari area yang bisa ditingkatkan, dan memilih tools yang tepat buat orkestrasi serta audit keamanan.
Contoh kualifikasi yang sering dicari perusahaan untuk posisi ini:
- Bisa menyesuaikan tools COTS (Commercial Off-The-Shelf) sesuai kebutuhan organisasi.
- Berpengalaman dengan tools otomasi seperti Puppet dan Chef.
- Familiar dengan Docker, Mesos, dan Kubernetes untuk workload produksi.
- Berpengalaman dengan tools CI seperti Jenkins dan Bamboo.
- Bisa ngoding pakai Python, Ruby, Perl, atau Bash.
Oh ya, posisi CloudOps engineer kadang juga disebut sebagai cloud automation engineer di beberapa lowongan kerja.
Vendor dan tools yang populer
Ada ratusan tools dari banyak vendor yang bisa dipakai buat menjalankan CloudOps. Ironisnya, tantangan terbesar adalah menyederhanakan pilihan tools biar nggak terlalu banyak dan tetap efektif.
Sebagian besar penyedia public cloud seperti AWS, Microsoft Azure, Google Cloud, dan IBM sudah menyediakan tools CloudOps mereka sendiri. Selain itu, tim network engineer juga bisa pakai tools proprietary seperti Apigee atau Flexera (dulu RightScale), serta tools open source seperti Ansible atau Chef buat otomatisasi manajemen konfigurasi, provisioning cloud, dan deployment aplikasi.