Apa itu Continuous Learning?

Continuous learning atau pembelajaran berkelanjutan adalah proses terus-menerus dalam memperluas pengetahuan dan keterampilan. Dalam konteks dunia kerja dan pengembangan profesional, ini berarti mempelajari hal-hal baru sambil tetap mempertajam apa yang sudah pernah dipelajari sebelumnya.

Definisi dari continuous learning ini cukup luas—bisa bersifat formal maupun informal, terstruktur atau tidak. Aktivitasnya bisa bermacam-macam, mulai dari mengikuti pelatihan resmi, mengamati rekan kerja yang lebih berpengalaman, meminta bantuan untuk topik yang belum dipahami, mengeksplorasi metode kerja baru, belajar mandiri, berdiskusi santai, hingga praktik langsung.

Kebiasaan dan rutinitas harian menjadi fondasi utama dari pembelajaran berkelanjutan. Jenis pembelajaran ini bisa dilakukan melalui berbagai cara dan berpotensi menjadi pembelajaran seumur hidup (lifelong learning).

Inisiatif continuous learning di tempat kerja bisa meningkatkan employee engagement, kepuasan kerja, dan daya ingat karyawan terhadap materi kerja. Untuk tetap kompetitif, organisasi harus mampu beradaptasi dengan perubahan sosial dan ekonomi. Karena keberhasilan organisasi bergantung pada SDM-nya, penting agar keterampilan karyawan ikut berkembang mengikuti kebutuhan bisnis. Continuous learning adalah salah satu solusinya.

Prinsip Continuous Learning

Dalam pelatihan tradisional, biasanya pengetahuan karyawan memuncak tepat setelah pelatihan selesai, lalu perlahan-lahan menurun karena tidak adanya penguatan. Di sisi lain, pada pendekatan continuous learning, karyawan cenderung mempertahankan pengetahuan lebih lama karena mereka terlibat dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang saling melengkapi.

Tujuan utamanya adalah agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh bisa bertahan dalam jangka panjang. Ini bisa dicapai dengan kegiatan penguatan seperti reinforcement activities.

Berikut adalah beberapa elemen penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran berkelanjutan:

  • Akses mudah ke sumber belajar kapan pun dibutuhkan.
  • Kesempatan terus-menerus untuk menerapkan dan menguji keterampilan baru.
  • Budaya kerja yang mendukung pembelajaran berkelanjutan dan bisa diulang secara konsisten.
  • Kolaborasi antar karyawan untuk berbagi wawasan dan perspektif.
  • Mekanisme feedback yang rutin dari pengajar maupun peserta belajar.

Manfaat Continuous Learning

Continuous learning di tempat kerja bisa memperluas skill, meningkatkan retensi pengetahuan, membuka ide dan perspektif baru, serta meningkatkan moral dan performa kerja.

Bagi karyawan, manfaat yang bisa didapat antara lain:

  • Membantu mencapai target pengembangan karier.
  • Mendukung perolehan atau pembaruan lisensi atau sertifikasi profesional.
  • Mendorong eksplorasi peluang baru dalam pengembangan diri dan pekerjaan.
  • Memperkuat keterampilan profesional melalui proses upskilling dan reskilling.

Sementara itu, bagi organisasi:

  • Mendukung pencapaian organizational goals.
  • Mendorong innovation culture.
  • Memberikan rasa dihargai bagi karyawan.
  • Lebih hemat dibanding merekrut dan melatih karyawan baru.
  • Meningkatkan daya saing karena karyawan lebih produktif dan kompeten.

Model Continuous Learning

Model Continuous Learning dari Deloitte menyediakan pendekatan sebagai berikut:

  • Kebutuhan pembelajar dibagi menjadi tiga kategori:
  • Immediate: Pembelajaran untuk kebutuhan kerja saat ini.
  • Intermediate: Untuk mengembangkan skill dan peran yang sedang dijalani.
  • Transitional: Untuk mengejar target jangka panjang, naik jabatan, atau ganti karier.
  • Paradigma pembelajaran atau cara-cara pembelajaran yang mencakup:
  • Education: Pembelajaran formal seperti kelas, pelatihan atau e-learning.
  • Experience: Belajar melalui pengalaman kerja seperti proyek khusus atau rotasi kerja.
  • Exposure: Pembelajaran melalui interaksi sosial dan hubungan kerja.
  • Environment: Dukungan alat dan sistem untuk pembelajaran di tempat kerja.

Strategi Continuous Learning

Beberapa strategi yang bisa diterapkan dalam pembelajaran berkelanjutan antara lain:

  • Structured learning: Pembelajaran formal seperti kursus, workshop, webinar, atau pelatihan internal.
  • Social learning: Belajar melalui interaksi dengan orang lain, baik secara langsung maupun online. Contohnya mentoring, diskusi tim, dan on-the-job training.
  • Self-directed learning: Pembelajaran mandiri seperti membaca, eksperimen, riset, atau latihan soal.

Bagaimana Merancang Strategi Continuous Learning

Strategi pembelajaran berkelanjutan dimulai dari pimpinan organisasi atau tim pelatihan yang menyusun tujuan jangka panjang, lalu disusunlah infrastruktur pembelajaran yang relevan.

Agar strategi ini berjalan efektif, organisasi harus menciptakan lingkungan yang mendukung. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  • Mulai dari perencanaan: Tunjukkan bahwa organisasi serius dengan continuous learning. Libatkan semua level mulai dari individu, tim, hingga organisasi secara keseluruhan.
  • Dukungan dari pimpinan: Budaya belajar dimulai dari atas. Manajemen harus memberikan dukungan penuh.
  • Keberlanjutan: Sediakan sumber daya yang konsisten untuk mendukung pembelajaran.

Membangun Budaya Continuous Learning

Setelah rencana disusun, berikut ini beberapa langkah untuk memastikan strategi ini berjalan maksimal:

  • Fleksibilitas dalam pelaksanaan: Berikan waktu dan akses yang cukup agar karyawan bisa belajar sesuai dengan kondisi mereka.
  • Pemanfaatan teknologi: Gunakan LMS dan tools virtual untuk cohort learning.
  • Kolaborasi: LMS juga mendukung fitur kolaborasi, forum, dan gamification untuk membuat pembelajaran lebih interaktif dan menyenangkan.

Continuous Learning untuk AI dan Machine Learning

Konsep continuous learning juga berlaku untuk sistem kecerdasan buatan (AI) dan machine learning (ML). Dalam sistem ini, pembelajaran terus berjalan seiring waktu karena model ML perlu beradaptasi dengan data baru.

Jika sistem ML hanya dilatih sekali, ia akan menganggap data yang datang selanjutnya selalu sama. Padahal, dunia terus berubah. Maka dari itu, seperti manusia yang perlu reskilling, model ML juga perlu terus dilatih kembali.

Model ML akan dimonitor dan dilatih ulang secara berkala agar tetap akurat. Proses ini membutuhkan tools dan teknik khusus, serta keterlibatan manusia.

Memang, proses ini memerlukan infrastruktur dan waktu yang tidak sedikit, tapi tetap penting untuk memastikan AI dan ML bekerja secara efisien.

Pendekatan baru yang berbasis AI untuk pembelajaran karyawan kini hadir melalui learning experience platform. Pelajari bagaimana sistem ini bekerja dan apa bedanya dengan LMS tradisional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *