Apa itu cross-platform mobile development?
Cross-platform mobile development (Pengembangan seluler lintas platform) adalah pendekatan dalam mengembangkan aplikasi perangkat lunak yang kompatibel dengan berbagai sistem operasi (OS) mobile. Aplikasi-aplikasi ini bersifat platform-agnostic, artinya bisa digunakan di berbagai perangkat mobile tanpa tergantung pada OS yang digunakan.
Kebutuhan akan cross-platform mobile development
Awalnya, kompleksitas pengembangan aplikasi mobile makin rumit karena sulitnya membangun backend yang bisa berjalan di banyak platform. Meskipun memakan waktu dan biaya mahal, sering kali lebih mudah membangun aplikasi native untuk masing-masing OS mobile. Masalahnya, kode yang dibuat untuk satu OS tidak bisa dipakai ulang untuk OS lain.
Cross-platform development hadir sebagai solusi untuk tantangan tersebut. Dengan aplikasi cross-platform, sebagian atau bahkan seluruh source code bisa dipakai di beberapa platform sekaligus, seperti Android dan iOS. Artinya, developer cukup membuat sekali saja, dan aplikasi itu bisa berjalan di semua platform tanpa harus di-code ulang untuk masing-masing OS. Ini beda dengan pengembangan native, di mana sebuah aplikasi mobile hanya dibuat untuk satu OS tertentu.
Native vs. Cross-Platform Development
Aplikasi native itu “setia” pada satu OS tertentu. Jadi, aplikasi native yang dibuat untuk Android tidak akan berjalan di iOS, begitu juga sebaliknya. Supaya aplikasi bisa jalan di platform lain, developer harus bikin beberapa versi aplikasi, yang artinya butuh coding tambahan. Ini jelas nambah waktu dan biaya pengembangan. Selain itu, aplikasi native juga biasanya dibuat dengan bahasa pemrograman tertentu, seperti Objective-C atau Swift untuk iOS, dan Java, C, atau C++ untuk Android.
Keterikatan ini bisa jadi kekurangan di lingkungan pengembangan yang dinamis, di mana fleksibilitas bahasa dan kecepatan sangat penting. Di kondisi seperti ini, pengembangan cross-platform lebih menguntungkan karena cukup buat sekali, lalu bisa langsung jalan di semua platform.
Meski punya kekurangan, aplikasi native tetap punya kelebihan, antara lain:
- Performa lebih andal di OS target.
- Bisa pakai semua fitur dan kemampuan perangkat sepenuhnya.
- Lebih responsif.
- Biasanya antarmuka lebih intuitif.
- Sering memberikan pengalaman pengguna (UX) yang lebih baik.
Keuntungan Cross-Platform Mobile Development
Aplikasi cross-platform punya kode yang bisa dipakai ulang di berbagai platform. Dengan codebase tunggal, proses pengembangan jadi lebih cepat dan hemat biaya, terutama untuk tugas-tugas berulang seperti serialisasi data dan pemanggilan API. Artinya, waktu untuk meluncurkan aplikasi ke pasar juga bisa lebih cepat.
Dengan pendekatan ini, project manager bisa lebih efektif dalam menggunakan resource developer karena tidak perlu memisahkan tim untuk masing-masing platform. Selain itu, lebih sedikit kode berarti risiko bug dan error keamanan juga lebih kecil, sehingga testing dan maintenance jadi lebih mudah.
Keuntungan lain, banyak platform development yang sudah menyediakan tools dan framework yang bisa mempermudah pekerjaan developer. Bahkan kadang developer cukup menguasai bahasa standar saja. Ditambah lagi, aplikasi cross-platform bisa menjangkau audiens yang lebih luas karena bisa dipakai di berbagai OS dan perangkat.
Kekurangan Cross-Platform Mobile Development
Masalah paling umum dari aplikasi cross-platform adalah performa yang kadang kurang mulus. Banyak aplikasi jenis ini juga punya keterbatasan fitur karena tidak semua fungsi native perangkat bisa didukung, contohnya untuk grafis tingkat lanjut. Desain yang kurang optimal juga bisa menurunkan kualitas UX.
Namun, perkembangan teknologi dan framework saat ini membantu mengatasi masalah-masalah tersebut, sehingga aplikasi cross-platform modern bisa:
- Fleksibel.
- Adaptif.
- Stabil.
- Berkinerja tinggi.
- Sangat fungsional.
- Menyediakan UX yang baik.
Framework Cross-Platform Populer
Banyak platform pengembangan aplikasi mobile cross-platform yang tersedia, masing-masing dengan keunggulan dan kekurangannya sendiri. Berikut beberapa yang paling populer:
Xamarin. Diluncurkan pada 2011, Xamarin adalah framework Open Source untuk mengembangkan aplikasi cross-platform dan hybrid yang bisa berjalan lancar di berbagai platform, termasuk Android dan iOS. Xamarin menggunakan bahasa pemrograman C# dan framework .NET milik Microsoft. Xamarin menyediakan IDE sendiri serta berbagai SDK. Awalnya independen, Xamarin akhirnya diakuisisi Microsoft dan sekarang tersedia di bawah MIT License melalui Visual Studio.
Flutter. Seperti Xamarin, Flutter adalah framework open source. Flutter dibuat oleh Google dan menggunakan bahasa Dart. Cocok untuk membangun berbagai aplikasi yang tampilannya mirip native di berbagai platform, terutama untuk:
- Minimum Viable Product (MVP).
- Aplikasi yang butuh performa CPU atau GPU tinggi.
- Aplikasi yang perlu berbagi UI komponen sambil tetap tampil native.
Flutter juga punya fitur platform channel untuk membuat kode spesifik platform dan hot reload untuk melihat perubahan kode secara instan.
React Native. Diperkenalkan Facebook pada 2015, React Native cocok untuk membangun aplikasi hybrid dan cross-platform. Framework ini berbasis pada library React JavaScript dan mendukung berbagai bahasa seperti Java, Swift, dan C. Kelebihannya meliputi:
- Bisa menampilkan antarmuka mirip native.
- Source code dapat digunakan ulang.
- Banyak fitur siap pakai.
- Source code diubah ke elemen native untuk meningkatkan UX.
- Mudah digunakan.
Ionic. Ionic menyediakan sintaks yang simpel dan perpustakaan HTML, CSS, dan JavaScript yang lengkap. Framework ini sangat cocok buat bikin aplikasi berbasis web yang bisa dijalankan di berbagai platform. Ionic memanfaatkan teknologi web standar dan mendukung integrasi dengan Angular, React, dan Vue.js, yang mempermudah pengembangan aplikasi modern dengan tampilan dan rasa yang konsisten.
Masa depan pengembangan mobile cross-platform
Permintaan untuk aplikasi mobile terus tumbuh seiring dengan semakin luasnya penggunaan perangkat mobile. Karena itu, pengembangan aplikasi cross-platform juga makin populer. Framework dan alat pengembangan terus diperbarui supaya bisa mengatasi tantangan seperti kinerja aplikasi, stabilitas, dan UX.
Teknologi baru, seperti progressive web apps (PWA) dan peningkatan kemampuan platform cloud, semakin memperluas potensi aplikasi cross-platform. Solusi baru ini memungkinkan developer menciptakan aplikasi yang tidak hanya bisa berjalan di berbagai OS mobile, tapi juga di browser dan perangkat desktop.
Ke depan, seiring dengan makin matangnya alat dan framework, aplikasi cross-platform diperkirakan akan makin mirip dengan aplikasi native dalam hal performa dan tampilan. Ini tentunya akan memperkuat posisi cross-platform development sebagai pendekatan yang sangat menarik untuk membangun aplikasi mobile dengan biaya yang lebih rendah, waktu pengembangan yang lebih cepat, dan jangkauan pengguna yang lebih luas.
Kesimpulan
Cross-platform mobile development menawarkan banyak keuntungan, terutama dalam hal efisiensi waktu, biaya, dan sumber daya. Walaupun ada beberapa kekurangan seperti potensi masalah performa dan keterbatasan fitur native, kemajuan teknologi pengembangan terus mengurangi hambatan-hambatan ini.
Framework seperti Xamarin, Flutter, React Native, dan Ionic membuat pengembangan aplikasi yang fleksibel dan kuat menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. Untuk bisnis dan developer yang ingin menjangkau pengguna di berbagai platform tanpa harus membuat banyak versi aplikasi, pendekatan cross-platform jelas merupakan pilihan yang layak dipertimbangkan.