Apa itu digital profiling?

Digital profiling atau pemprofilan digital adalah proses mengumpulkan dan menganalisis informasi seseorang yang tersedia secara online. Profil digital ini bisa berisi data tentang karakteristik pribadi, perilaku, afiliasi, koneksi, dan interaksi mereka di dunia digital. Digital profiling ini digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari marketing, keamanan perusahaan, sistem hukum pidana, hingga proses rekrutmen.

Penerapan digital profiling dalam keamanan perusahaan

Dalam konteks keamanan enterprise, digital profiling digunakan untuk mendeteksi karyawan yang mencurigakan dan mencegah ancaman dari dalam (insider threat). Karyawan yang menunjukkan perilaku tidak biasa bisa diawasi lebih lanjut, lalu dibentuklah profil digital mereka untuk menilai apakah mereka berpotensi menjadi risiko bagi perusahaan.

Dalam kasus yang sifatnya lebih ringan, datanya dikumpulkan dari email kantor, log aktivitas, dan media sosial, termasuk koneksi dan postingannya. Sekarang, berkat analitik lanjutan dan algoritma machine learning, sistem bisa memproses data dalam jumlah besar dan mendeteksi pola atau anomali yang berpotensi berbahaya.

Kalau kasusnya serius, investigasi bisa menggunakan teknologi pengawasan untuk membuat profil yang lebih mendalam dan kompleks.

Penerapan digital profiling dalam hukum pidana

Di ranah hukum pidana, digital profiling digunakan untuk mengidentifikasi tersangka atau orang yang dicurigai. Aparat penegak hukum bekerja sama dengan psikolog forensik dan menggabungkan profil digital dengan data lain yang sudah diketahui tentang individu tersebut.

Pemanfaatan digital profiling dalam predictive policing juga semakin berkembang. Dengan prediksi ini, aparat bisa mencegah tindak kejahatan sebelum terjadi. Tapi, tetap ada tantangan, terutama soal bias dalam algoritma yang dipakai untuk profiling.

Penerapan digital profiling dalam HR (SDM)

Dalam manajemen sumber daya manusia, HR dan rekruter memanfaatkan digital profiling untuk mencari dan menilai kandidat karyawan. Selain dari CV dan wawancara, mereka juga melihat jejak digital dari calon kandidat sebagai bahan pertimbangan.

Contohnya, profil di platform profesional seperti LinkedIn sering jadi acuan. Aktivitas di media sosial bisa memberi nilai tambah atau justru sebaliknya, karena sekarang analitik media sosial makin berperan dalam proses rekrutmen.

Tren terkini menunjukkan bahwa tools berbasis AI makin sering digunakan untuk menyaring kandidat secara otomatis. Maka dari itu, profil digital kandidat sekarang jadi makin krusial dalam proses seleksi kerja.

Penerapan digital profiling dalam dunia marketing

Digital profiling juga banyak dimanfaatkan di bidang marketing untuk menyajikan iklan dan konten yang disesuaikan dengan target audiens. Dengan menganalisis perilaku pengguna dan demografi pelanggan lewat web analytics, marketer bisa membangun profil pelanggan yang detail. Hasilnya, iklan bisa ditargetkan secara tepat sasaran dan tingkat interaksi konsumen bisa meningkat.

Isu privasi dan etika dalam digital profiling

Walaupun digital profiling punya banyak manfaat, tetap ada kekhawatiran soal privasi dan etika. Pengumpulan data pribadi tanpa persetujuan eksplisit bisa dianggap melanggar privasi individu.

Oleh karena itu, organisasi wajib mengikuti regulasi seperti General Data Protection Regulation (GDPR), dan menerapkan profiling yang transparan dan menghormati hak privasi individu. Selain itu, penting juga untuk memastikan algoritma tidak mengandung bias, dan data digunakan secara adil serta bertanggung jawab.

AI makin banyak digunakan oleh perusahaan, tapi tetap harus hati-hati terhadap risiko privasi. Komite etika AI bisa jadi solusi untuk mengurangi masalah ini. Pelajari juga tantangan umum dalam privasi media sosial dan data, serta bagaimana cara mengatasinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *