Apa itu iterative development?

Iterative development adalah metode pengembangan perangkat lunak dengan cara memecah siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC) dari sebuah aplikasi besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Biasanya, pendekatan ini digunakan bersama dengan incremental development, di mana siklus hidup yang lebih panjang dibagi menjadi segmen-segmen yang saling membangun satu sama lain.

Dalam iterative development, kode fitur dirancang, dikembangkan, dan diuji dalam siklus berulang. Siklus ini, atau yang biasa disebut juga sprint, menjadi asal-usul nama konsep ini. Pada setiap iterasi, fitur tambahan bisa dirancang, dikembangkan, dan diuji untuk menambah fungsionalitas program. Iterasi ini berlanjut sampai aplikasi perangkat lunak yang benar-benar fungsional selesai dan siap untuk digunakan oleh pelanggan atau pengguna akhir.

Iterative development adalah praktik utama dalam metodologi agile development, di mana sprint dibatasi oleh waktu tertentu (misalnya dua minggu). Di akhir setiap iterasi, tersedia kode kerja yang bisa dipresentasikan ke pelanggan.

Metodologi ini cocok untuk proyek perangkat lunak besar yang kompleksitasnya tinggi. Iterative development juga efektif diterapkan ketika kebutuhan proyek mudah dipahami atau berpotensi berubah di masa depan.

Iterative development vs. pengembangan tradisional

Iterative development berbeda dengan model pengembangan tradisional seperti waterfall, di mana setiap fase SDLC dilakukan secara bertahap. Dalam metode waterfall, pengkodean tidak dimulai sampai desain seluruh aplikasi selesai dan sudah melewati tinjauan. Begitu pula pengujian tidak dilakukan sebelum proses pengkodean selesai dan telah lulus tinjauan yang dibutuhkan.

Metode iteratif bersifat siklikal, artinya setiap iterasi mencakup aktivitas perencanaan, desain, pengembangan, dan pengujian. Semua aktivitas ini diulang saat fitur ditambahkan satu per satu di tiap iterasi untuk memperkaya produk atau meningkatkan fungsionalitasnya. Setiap akhir iterasi menghasilkan produk kerja dengan fungsionalitas yang lebih canggih dari iterasi sebelumnya.

Tujuan utama dari pendekatan iteratif adalah memberikan fleksibilitas lebih dalam menghadapi perubahan. Ketika kebutuhan dan desain aplikasi besar dilakukan dengan metode tradisional (kadang disebut big design up front), sering kali masalah baru muncul setelah pengembangan dimulai. Dengan pendekatan iteratif, tim proyek bisa mengevaluasi setiap iterasi dan menentukan perubahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang memuaskan.

Manfaat iterative development

Iterative development menyederhanakan SDLC dengan memecah pekerjaan besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah ditangani. Karena kode dikembangkan dan diuji berulang kali, fitur baru bisa ditambahkan dan diuji sebelum tahap implementasi.

Dalam metode tradisional, masalah biasanya baru muncul di tahap akhir SDLC, dan bisa jadi terlalu mepet dengan jadwal rilis sehingga tidak cukup waktu untuk memperbaikinya. Pendekatan iteratif membantu menghindari skenario ini karena ada ruang untuk melakukan penyesuaian lebih awal.

Pendekatan ini memungkinkan pengembang menyesuaikan produk berdasarkan masukan pengguna, bukan hanya berdasarkan spesifikasi teknis. Perbaikan bisa dilakukan selama iterasi berjalan, bukan saat-saat terakhir ketika tekanan tenggat waktu tinggi. Pengembang juga bisa lebih mudah beradaptasi dengan perubahan tanpa menambah banyak waktu atau menyebabkan keterlambatan.

Pengembang juga bisa mengevaluasi progres di satu tahap sebelum lanjut ke tahap berikutnya. Karena iterasi dibatasi waktu, tiap siklus pengembangan harus selesai dan menghasilkan kode kerja dalam periode yang ditentukan. Batasan ini menjaga proyek tetap on track dan membantu fokus pada kualitas desain produk.

Versioning juga jadi nilai plus dari iterative development. Karena setiap iterasi merupakan versi yang lebih baik dari sebelumnya, maka mudah untuk melacak versi perangkat lunak secara terpisah dan menjaga akuntabilitas tim. Kalau iterasi terbaru gagal, pengembang juga bisa melakukan rollback ke versi sebelumnya dengan kerugian minimal.

Fase-fase dalam iterative development

Proses iterative development yang bersifat siklikal ini terdiri dari empat fase umum:

  • Fase 1: Perencanaan dan analisis. Di tahap awal, pengembang mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan perangkat lunak sesuai dengan tujuan bisnis. Mereka juga membuat model basis data dan business logic yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan.
  • Fase 2: Desain. Pada fase desain, tim menetapkan berbagai kebutuhan teknis untuk proyek, seperti bahasa pemrograman, lapisan data, dan sebagainya.
  • Fase 3: Arsitektur teknis dan pengkodean. Di fase ketiga ini, tim membangun arsitektur teknis dan mulai menulis kode untuk membuat versi pertama (modul iterasi pertama) dari perangkat lunak.
  • Fase 4: Pengujian. Langkah keempat melibatkan pengujian kode untuk menemukan bug atau kesalahan. Pengujian dilakukan dalam bentuk unit testing (untuk kode secara individu) dan integration testing (untuk memastikan semua bagian berjalan baik saat digabungkan). Pengujian juga mencakup user acceptance testing (UAT) untuk memastikan bahwa produk sesuai dengan kebutuhan pengguna pada iterasi tersebut serta pengujian keamanan menggunakan metode black box, white box, atau gray box.

Semua fase ini diulang dalam setiap iterasi sampai produk akhir siap untuk diserahkan. Sebelum pengiriman resmi, tim akan mengevaluasi keseluruhan produk dan menyerahkannya kepada klien untuk ditinjau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *