Apa itu logical partition (LPAR)?

Logical partition (LPAR) adalah subset dari resource processor, memory, dan I/O pada sebuah komputer yang berfungsi layaknya server fisik. Satu komputer bisa menjalankan banyak LPAR, dan masing-masing berjalan secara independen satu sama lain.

Setiap LPAR memiliki OS, aplikasi, dan konfigurasi sendiri, sama seperti server fisik. Jika sebuah LPAR dikonfigurasi dengan resource setara server fisik dan menjalankan OS serta aplikasi yang sama, dari luar keduanya akan terlihat seperti sistem yang identik.

Jumlah partisi logis yang bisa dibuat pada sebuah komputer bergantung pada hardware, OS, dan resource yang tersedia. Sebagai contoh, server IBM Power Systems dapat menampung hingga 1.000 LPAR. Berapapun jumlah LPAR yang berjalan, masing-masing tetap terlihat seperti sistem independen.

Kelebihan logical partition

LPAR menawarkan banyak keuntungan dibanding server fisik. Dengan LPAR, layanan dan resource bisa dikonsolidasikan, sehingga mengurangi kebutuhan hardware tambahan dan biaya maintenance. Selain itu, resource hardware bisa dengan mudah dialokasikan ke LPAR berbeda dan dipindahkan sesuai kebutuhan, memberikan fleksibilitas tinggi bagi tim IT. Misalnya, sebuah tim bisa membuat environment produksi dan quality assurance dalam satu mesin, atau menjalankan cluster terintegrasi di server yang sama.

LPAR yang berjalan pada komputer yang sama tetap terisolasi. Mereka tidak saling mengganggu, terlepas dari OS atau aplikasi yang dijalankan. Contohnya, sebuah tim IT bisa membuat LPAR untuk menjalankan IBM AIX, IBM i, dan Linux dalam satu server. Bisa juga membuat beberapa LPAR dengan OS yang sama, namun masing-masing memiliki instalasi OS sendiri. Diagram berikut menunjukkan server dengan lima LPAR yang menjalankan tiga OS berbeda.

Bagaimana cara kerja logical partition

Untuk mendukung deployment LPAR, sebuah layer virtualisasi berjalan di atas layer fisik komputer, menyediakan struktur yang dibutuhkan untuk membuat banyak environment independen dalam satu sistem. Platform virtualisasi ini bisa berupa kombinasi hardware, firmware, atau software. Contohnya, IBM PowerVM yang mendukung manajemen LPAR merupakan kombinasi dari ketiganya.

Saat membuat sebuah LPAR, admin mengalokasikan resource yang diperlukan agar LPAR dapat menjalankan workload tertentu. Resource tersebut biasanya dedicated hanya untuk LPAR tersebut. Namun, admin juga bisa mengaktifkan resource sharing agar hardware lebih optimal, meskipun ini biasanya butuh layer virtualisasi tambahan. Alternatif lainnya adalah menggunakan dynamic LPAR, yang memungkinkan alokasi dan dealokasi resource dilakukan secara dinamis.

Jika ada beberapa LPAR dalam satu sistem, biasanya masing-masing punya tujuan berbeda. Contohnya, dua LPAR bisa sama-sama menjalankan distribusi Linux: satu untuk produksi dan satu untuk testing. Karena LPAR produksi menjalankan aplikasi mission-critical, maka dia diberi resource CPU dan memory lebih besar dibanding LPAR kedua. LPAR kedua dipakai untuk uji coba aplikasi baru sehingga tidak butuh resource sebesar produksi, dan juga tidak mengganggu sistem utama.

Skenario lain adalah menjalankan komponen aplikasi berbeda dalam LPAR terpisah pada satu server. Misalnya, tim IT operations bisa membuat satu LPAR untuk front-end (web), satu untuk middle-tier (business services), dan satu lagi untuk back-end (database). Masing-masing LPAR dikonfigurasi sesuai kebutuhan operasionalnya, berjalan terpisah namun tetap bisa saling berkomunikasi agar aplikasi bisa berjalan secara terintegrasi.

Logical partitioning pertama kali diteliti oleh IBM pada 1976, kemudian diimplementasikan oleh Amdahl dan IBM. Hitachi serta Sun Microsystems juga pernah menggunakan konsep logical partitioning. Saat ini, teknologi ini identik dengan produk IBM, seperti IBM Power Systems dan IBM Z mainframe.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *