Apa itu Natural User Interface (NUI)?
Natural User Interface — atau disingkat NUI — adalah antarmuka yang dirancang agar terasa sealami mungkin saat digunakan. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi beban kognitif saat manusia berinteraksi dengan komputer.
NUI berusaha menghilangkan sebanyak mungkin kontrol yang terasa buatan, supaya interaksi dengan perangkat digital terasa mirip seperti interaksi kita dengan benda-benda nyata di dunia fisik. Contohnya, kita bisa berinteraksi dengan perangkat lewat sentuhan, gerakan (gesture), atau tulisan tangan — sama kayak kita berinteraksi dengan benda sehari-hari. Dengan kata lain, NUI itu dibuat supaya kita bisa mengendalikan komputer tanpa harus belajar cara pakai kontrol buatan kayak ngetik pakai keyboard atau nulis kode program.
Karena sifatnya yang intuitif, pengguna nggak perlu tahu banyak soal sistem di baliknya. Kita tinggal manfaatkan kemampuan yang udah kita punya secara alami.
Tapi yang dimaksud alami itu bisa beda-beda tergantung konteks dan latar belakang si pengguna, jadi susah juga bikin NUI yang terasa natural untuk semua orang.
Fitur-Fitur Natural User Interface
Beberapa fitur utama dari NUI antara lain:
- Menyesuaikan kemampuan alami pengguna. NUI harus dirancang dengan mempertimbangkan kemampuan alami yang dimiliki pengguna sehari-hari.
- Learning curve yang rendah. Pengguna nggak perlu belajar terlalu banyak buat bisa pakai sistemnya. Interaksinya harus sesederhana dan seinutif mungkin.
- Desain minimalis. NUI biasanya punya desain yang simpel supaya pengguna lebih fokus dan nggak cepat capek mikir.
- Pengenalan input. NUI bisa menerima input lewat berbagai macam sensor seperti kamera, mikrofon, dan layar sentuh.
- Umpan balik langsung. Setiap aksi dari pengguna langsung dikasih feedback secara visual, audio, atau getaran (haptic) supaya terasa responsif dan natural.
- Adaptif. Banyak NUI yang bisa belajar dari input pengguna sebelumnya untuk menyesuaikan user experience ke depannya.
- Multimodal. NUI mendukung beberapa mode interaksi sekaligus, kayak suara, sentuhan, dan gesture dalam satu sistem.
CLI vs GUI vs NUI
Ketiga istilah ini — CLI, GUI, dan NUI — sama-sama berkaitan dengan cara kita berinteraksi dengan komputer. Tapi pendekatannya beda.
Dengan Command-Line Interface (CLI), pengguna harus mengetik perintah berbasis teks. Format perintahnya harus dihafal dan nggak ada tampilan visual seperti ikon atau jendela. Inputnya pun pakai alat buatan kayak keyboard. CLI biasa dipakai buat scripting atau tugas-tugas otomasi, dan kelebihannya: hemat resource.
Sementara Graphical User Interface (GUI) menyediakan elemen visual kayak jendela, ikon, menu, dan tombol. Jadi pengguna nggak perlu hapal sintaks, tinggal klik aja. Biasanya interaksi dilakukan dengan mouse dan keyboard. GUI butuh lebih banyak resource dibanding CLI, tapi tetap lebih ringan dari NUI.
Natural User Interface (NUI) memungkinkan interaksi lewat aksi alami kayak sentuhan, gesture, suara, bahkan gerakan mata. Tujuannya supaya pengguna nggak perlu panduan — cukup andalkan naluri. NUI memberikan berbagai bentuk feedback (visual, suara, getaran) dan membutuhkan resource lebih besar karena tergantung pada sensor dan data yang kompleks.
Ketiga jenis antarmuka ini bisa dipakai barengan. Misalnya, sistem operasi Windows punya antarmuka GUI, tapi juga punya Command Prompt buat akses CLI. Di macOS, fitur yang mirip CLI disebut Terminal.
Android dan iOS pun menggabungkan GUI dan NUI. Pengguna bisa pilih menu kayak di GUI, tapi pakai gerakan usap, tap, atau perintah suara — ciri khas NUI.
Contoh-Contoh Natural User Interface
NUI dipakai di berbagai aplikasi dan perangkat. Beberapa contoh teknologinya adalah:
- Layar sentuh. Digunakan di smartphone dan tablet. Kita bisa swipe, tap, atau pinch untuk navigasi dan interaksi, jauh lebih natural dibanding pakai mouse atau keyboard.
- Asisten virtual. Seperti Amazon Alexa atau Apple Siri, memungkinkan pengguna berbicara langsung dengan aplikasi. Asisten ini bahkan bisa belajar dari percakapan sebelumnya. Aplikasi ChatGPT juga punya mode suara, jadi kita bisa ngobrol langsung tanpa ngetik. Contoh lainnya: AI Pin dari Humane.
- AR/VR. Teknologi Augmented Reality dan Virtual Reality seperti Microsoft Kinect yang bisa membaca gerakan tubuh untuk main game tanpa controller. Game AR kayak Pokémon GO memungkinkan pemain menangkap Pokémon dengan gestur swipe di dunia nyata. Di sisi VR, headset seperti Apple Vision Pro punya fitur eye tracking untuk pengalaman yang lebih imersif.
- Face recognition. Teknologi pengenalan wajah ini digunakan misalnya untuk membuka kunci smartphone secara otomatis.
- Brain-spine interface. Teknologi ini digunakan untuk menyambungkan sinyal dari otak ke bagian tubuh lain. Misalnya, perusahaan Onward mengembangkan brain-spine interface yang membantu pasien paraplegia bisa berjalan lagi. Pengguna cukup aktifkan program lewat tablet lalu melakukan terapi fisik dengan bantuan perangkat tersebut.