Apa itu organizational resilience?

Organizational resilience adalah kemampuan sebuah organisasi untuk mengantisipasi masalah sejak dini dan menyiapkan rencana untuk menghadapi masalah yang sudah teridentifikasi. Metodologi organizational resilience bisa dirangkum menjadi poin-poin berikut:

  • Foresight (antisipasi masalah sejak awal)
  • Insight (memahami situasi dan merespons dengan tepat)
  • Oversight (mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan)
  • Hindsight (belajar dari pengalaman sebelumnya)

Mengapa organizational resilience itu penting?

Kalau sebuah organisasi bisa mengantisipasi dan menyiapkan rencana menghadapi situasi buruk, hasil akhirnya biasanya akan lebih baik dibanding kalau organisasi itu sama sekali tidak siap.

Business continuity planning (BCP) dan disaster recovery planning (DRP) adalah dua subkomponen dari organizational resilience. Organizational resilience mirip dengan BCP karena sama-sama bertujuan membantu organisasi bertahan dari peristiwa yang merugikan. Bedanya dengan DRP, organizational resilience mencakup cara menghadapi bencana mendadak sekaligus perubahan bertahap yang bisa merugikan bisnis, sedangkan DRP lebih fokus ke masalah akibat kegagalan yang terjadi secara langsung.

Salah satu contoh perubahan bertahap adalah pergeseran dari rental video ke layanan streaming. Toko video tidak bangkrut dalam semalam, tapi runtuh pelan-pelan seiring semakin banyak orang beralih ke streaming. Kalau dulu toko video besar bisa mengantisipasi tren ini dan membuat rencana adaptasi, mungkin mereka masih eksis sampai sekarang. Intinya, organizational resilience membantu organisasi tetap bertahan, baik menghadapi peristiwa mendadak maupun perubahan perlahan.

Meski biasanya organizational resilience dibahas dalam konteks bertahan dengan kerusakan seminimal mungkin, sebenarnya perencanaan yang baik bisa bikin organisasi bukan cuma bertahan, tapi juga berkembang meski dalam situasi sulit. Contohnya, saat pandemi COVID-19, banyak bisnis gulung tikar, tapi ada juga yang bisa beradaptasi dan malah tumbuh saat kompetitornya bangkrut.

5 langkah membangun organizational resilience

Proses membangun organizational resilience bisa berbeda-beda di tiap organisasi. Tapi, sebuah laporan dari Cranfield University menyebutkan ada lima strategi utama untuk mencapainya.

Jadikan keandalan sebagai prioritas. Salah satu kunci organizational resilience adalah mendorong karyawan untuk berpikir tentang potensi masalah yang bisa muncul, lalu mencari cara untuk mengatasinya demi resiliensi bisnis dan keandalan.

Gali lebih dalam. Saat ada masalah, sering kali penjelasan paling sederhana dianggap sebagai yang benar. Padahal, masalah dalam bisnis biasanya punya akar penyebab lain. Organisasi yang tangguh biasanya bisa menemukan penyebab tersembunyi dengan menganalisis masalah lebih detail. Dengan begitu, organisasi bisa lebih cepat mengenali tanda-tanda masalah serupa di masa depan dan punya lebih banyak waktu untuk adaptasi.

Keputusan itu penting. Pemimpin bisnis harus sadar bahwa keputusan saat krisis bisa sangat menentukan hasil akhir. Karena itu, lebih baik punya rencana matang dalam framework organizational resilience dibanding harus membuat keputusan terburu-buru.

Fokus menyelesaikan masalah. Dalam bisnis, masalah pasti ada. Organisasi yang tangguh sadar tidak semua masalah bisa dicegah, tapi dengan perencanaan yang baik, dampaknya bisa diminimalisir.

Percaya pada ahlinya. Di organisasi besar, sering ada jarak antara pemimpin dan pekerja di lini depan. Kalau ingin jadi organisasi yang resilient, pemimpin harus kolaboratif dan percaya pada karyawan yang punya keahlian di bidang relevan dengan krisis yang sedang dihadapi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *