Apa itu Pemrograman Poliglot?
Pemrograman poliglot adalah praktik menulis kode dalam berbagai bahasa untuk menangkap fungsionalitas tambahan dan efisiensi yang tidak tersedia dalam satu bahasa saja.
Dalam pengertian luas, poliglot (berasal dari bahasa Yunani yang berarti banyak bahasa) adalah seseorang yang dapat berbicara dan menggunakan setidaknya empat bahasa. Mereka juga mungkin memahami bahasa lain. Konsep poliglot ini diperluas ke dalam praktik pemrograman.
Dengan demikian, pemrograman poliglot adalah pendekatan di mana programmer menulis kode dalam lebih dari satu bahasa untuk memanfaatkan manfaat atau efisiensi dari berbagai bahasa tersebut serta memperluas fungsionalitas produk perangkat lunak yang sedang dikembangkan. Dengan alasan yang sama, mereka juga dapat menggunakan berbagai kerangka kerja, layanan, database, serta pendekatan modularitas seperti pemrograman berorientasi objek (OOP) dan pemrograman fungsional untuk mengembangkan aplikasi.
Kebutuhan akan Pemrograman Poliglot
Pemrograman poliglot dianggap perlu ketika satu bahasa pemrograman umum tidak dapat menawarkan tingkat fungsionalitas atau kecepatan yang diinginkan, berinteraksi dengan database dengan baik, atau memenuhi ekspektasi pengguna akhir.
Fokus pada satu bahasa bisa memberikan manfaat tertentu. Misalnya, programmer yang berspesialisasi dalam Python atau Java dapat membangun keahlian dalam pengembangan back-end aplikasi. Begitu pula, programmer yang menguasai HTML atau cascading style sheets (CSS) cenderung ahli dalam membangun situs web dan aplikasi web.
Namun, dalam beberapa kasus, penggunaan paradigma dan ide dari berbagai bahasa diperlukan untuk membangun aplikasi yang lebih berguna. Inilah peran pemrograman poliglot dan programmer poliglot.
Pemrograman Poliglot dalam Dunia Nyata
Penggunaan domain-specific languages (DSLs) telah menjadi praktik standar dalam pengembangan aplikasi perusahaan. Sebagai contoh, tim pengembang aplikasi mobile mungkin menggunakan Java, JavaScript, dan HTML5 untuk menciptakan aplikasi yang sepenuhnya berfungsi. DSL lainnya—seperti Structured Query Language atau SQL (untuk kueri data), Extensible Markup Language atau XML (untuk konfigurasi tertanam), dan CSS (untuk pemformatan dokumen)—sering kali dimasukkan ke dalam aplikasi perusahaan.
Ketika perlu menggabungkan beberapa atau semua bahasa ini ke dalam suatu aplikasi, pemrograman poliglot diperlukan. Seorang pengembang mungkin menguasai berbagai bahasa, atau tim dengan keterampilan bahasa yang berbeda bekerja bersama untuk melakukan pemrograman poliglot.
Manfaat Pemrograman Poliglot
Pendukung pemrograman poliglot berpendapat bahwa penggunaan bahasa yang paling efektif untuk setiap aspek program memungkinkan pengembangan lebih cepat, pemahaman yang lebih baik bagi pemangku kepentingan bisnis, serta produk akhir yang lebih optimal. Selain itu, waktu pengembangan yang lebih singkat sering kali berarti basis kode yang lebih sederhana, yang mempermudah pemeliharaan dan pembaruan kode. Pemrograman poliglot juga meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara pengembang selama siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC).
Pemrograman poliglot juga mendukung pendekatan agnostik teknologi, yang memungkinkan bisnis untuk tidak terikat pada satu bahasa atau alat tertentu, tetapi memilih alat atau bahasa terbaik sesuai kebutuhan.
Kelemahan Pemrograman Poliglot
Mengintegrasikan berbagai bahasa ke dalam satu aplikasi bisa meningkatkan kompleksitas. Konsumsi sumber daya dapat meningkat dalam hal pelatihan, pengujian, dan pemeliharaan. Pemrograman poliglot juga bisa membuat kode sulit diterapkan jika tim operasi tidak terbiasa dengan bahasa yang digunakan dalam pengembangan.
Namun secara umum, manfaat pemrograman poliglot lebih besar dibandingkan kekurangannya. Tim yang terdiri dari programmer poliglot cenderung menciptakan produk perangkat lunak yang lebih berkualitas dibandingkan tim yang hanya mengandalkan spesialis bahasa tertentu.
Masa Depan Pemrograman Poliglot
Munculnya praktik pengembangan Agile telah berkontribusi pada pertumbuhan pemrograman poliglot. Karena dominasi Agile, semakin banyak insinyur perangkat lunak yang bekerja di seluruh tumpukan teknologi—dikenal sebagai pengembang full-stack—daripada hanya berfokus pada satu aspek saja.
Selain itu, tersedianya platform pengembangan low-code juga mendukung pemrograman poliglot dengan memungkinkan pengembang beradaptasi lebih mudah ke bahasa baru dan mempercepat pengujian serta waktu ke pasar aplikasi mereka.