Apa itu metode ilmiah?

Metode ilmiah adalah proses untuk menetapkan fakta secara objektif melalui pengujian dan eksperimen. Proses dasarnya melibatkan pengamatan, pembentukan hipotesis, pembuatan prediksi, pelaksanaan eksperimen, dan akhirnya menganalisis hasilnya. Prinsip-prinsip metode ilmiah ini bisa diterapkan di banyak bidang, termasuk penelitian ilmiah, bisnis, dan teknologi.

Langkah-langkah metode ilmiah

Metode ilmiah menggunakan serangkaian langkah untuk menetapkan fakta atau menciptakan pengetahuan. Proses umumnya sudah baku, tapi detail di setiap langkah bisa berubah tergantung apa yang sedang diteliti dan siapa yang melakukan. Metode ilmiah hanya bisa menjawab pertanyaan yang bisa dibuktikan atau dibantah melalui pengujian.

Melakukan observasi atau mengajukan pertanyaan. Langkah pertama adalah mengamati sesuatu yang ingin kamu pelajari atau mengajukan pertanyaan yang ingin kamu cari jawabannya. Pertanyaannya bisa spesifik atau umum. Contohnya seperti “Saya mengamati bahwa total bandwidth jaringan kita turun setiap jam 12 siang tiap hari kerja” atau “Gimana caranya ningkatin jumlah pendaftaran di website kita?” Menyusun pertanyaan dengan jelas akan sangat ngebantu di langkah-langkah selanjutnya.

Mengumpulkan informasi latar belakang. Ini artinya kamu melakukan riset tentang apa aja yang udah diketahui soal topik tersebut. Bisa juga termasuk nyari tahu apakah ada orang lain yang udah pernah nanya hal serupa.

Membuat hipotesis. Hipotesis adalah penjelasan sementara dari observasi atau pertanyaan yang diajukan. Kalau terbukti nanti, hipotesis ini bisa jadi fakta. Contohnya, “Karyawan kita nonton video online saat jam makan siang dan itu bikin bandwidth internet kita kepake” atau “Pengunjung website kita nggak melihat form pendaftaran.”

Membuat prediksi dan melakukan pengujian. Buat prediksi yang bisa diuji berdasarkan hipotesis tadi. Tesnya harus bisa menunjukkan perubahan yang nyata dan bisa diukur secara empiris. Penting juga buat mengontrol variabel lain selama pengujian. Contohnya, “Kalau kita blokir situs berbagi video, bandwidth kita nggak akan turun banyak saat jam makan siang” atau “Kalau kita perbesar kotak pendaftaran, persentase pengunjung yang daftar akan naik dibanding sebelumnya.”

Menganalisis hasil dan menarik kesimpulan. Gunakan metrik yang udah ditentukan sebelum pengujian untuk melihat apakah hasilnya sesuai dengan prediksi. Misalnya, “Setelah blokir situs video, penggunaan bandwidth hanya turun 10% dari sebelumnya; ini nggak cukup signifikan buat jadi penyebab utama kemacetan jaringan” atau “Setelah memperbesar kotak pendaftaran, persentase pendaftaran naik dari 2% jadi 5%, menunjukkan bahwa ukuran kotak memang berpengaruh terhadap jumlah pendaftaran.”

Membagikan kesimpulan atau menentukan pertanyaan berikutnya: Dokumentasikan hasil eksperimenmu. Dengan berbagi hasil ke orang lain, kamu juga menambah jumlah pengetahuan yang tersedia secara umum. Eksperimenmu juga mungkin menghasilkan pertanyaan baru, atau kalau hipotesismu terbukti salah, kamu bisa bikin yang baru dan mengujinya lagi. Contohnya, “Karena aktivitas pengguna bukan penyebab utama penggunaan bandwidth berlebih, kami sekarang menduga ada proses otomatis yang jalan setiap jam 12 siang.”

Penggunaan metode ilmiah di bidang teknologi dan komputer

Metode ilmiah sangat berguna di dunia teknologi dan bidang-bidang terkait. Jelas banget dipakai di riset dan pengembangan, tapi juga sangat bermanfaat di operasional sehari-hari. Karena hampir semua hal bisa diukur, pengujian hipotesis jadi lebih mudah dilakukan.

Mayoritas sistem komputer modern itu kompleks dan susah di-*troubleshoot*. Pendekatan hipotesis dan pengujian ala metode ilmiah bisa sangat membantu melacak kesalahan dan menemukan area yang perlu ditingkatkan. Metode ini juga berguna saat mengevaluasi teknologi baru sebelum implementasi.

Penggunaan metode ilmiah di bisnis

Banyak proses bisnis yang bisa mendapatkan manfaat dari metode ilmiah. Dunia bisnis yang berubah-ubah dan hubungan bisnis yang kompleks bisa bikin perilaku jadi sulit ditebak atau bertentangan dengan tren sebelumnya. Daripada ngandelin insting atau pengalaman, pendekatan ilmiah bisa membantu perusahaan buat berkembang. Inisiatif big data juga bikin informasi bisnis jadi lebih mudah diakses dan diuji.

Metode ilmiah bisa diterapkan ke banyak hal, misalnya analisis kepuasan dan retensi pelanggan, keuntungan dan angka keuangan, serta membuat prediksi berdasarkan perubahan praktik bisnis lalu mengukur apakah itu berhasil atau gagal.

Kesalahan umum dalam penggunaan metode ilmiah

Metode ilmiah itu alat yang sangat kuat. Tapi, kayak alat lainnya, kalau disalahgunakan justru bisa merugikan.

Metode ilmiah cuma bisa dipakai untuk fenomena yang bisa diuji. Ini dikenal dengan istilah falsifiabilitas. Meskipun banyak hal di alam bisa diuji dan diukur, beberapa aspek pengalaman manusia nggak bisa diamati secara objektif.

Baik membuktikan atau membantah hipotesis itu sama-sama valid. Tapi kadang hasil diuji bisa diabaikan atau dimanipulasi supaya cocok sama hipotesis. Data yang bertentangan dengan hipotesis seharusnya tidak diabaikan.

Penting juga buat mengontrol variabel dan pengaruh lain selama pengujian supaya hasilnya nggak bias. Misalnya, ngetes bandwidth pas hari libur atau ngetes pendaftaran pas ada diskon bisa ngasih hasil yang nggak valid karena ada faktor lain yang mempengaruhi.

Salah satu kesalahan paling umum adalah mencampuradukkan korelasi dengan kausalitas. Dua data bisa kelihatan berhubungan, tapi belum tentu satu penyebab yang lain. Contohnya, penjualan es krim di kota menurun di hari-hari paling panas. Padahal bukan karena orang nggak pengen es krim, tapi karena mereka lagi pada ke pantai, bukan di kota.

Sejarah metode ilmiah

Penemuan metode ilmiah nggak dikreditkan ke satu orang tertentu, tapi ada beberapa tokoh yang punya kontribusi besar.

Filsuf Yunani, Aristoteles, dianggap sebagai salah satu tokoh awal yang mengembangkan logika dan siklus observasi serta deduksi. Ibn al-Haytham, seorang matematikawan, menetapkan metode pengujian ketat dalam mencari kebenaran dan mencatat hasilnya.

Di masa Renaissance, banyak pemikir dan ilmuwan melanjutkan pengembangan metode rasional dalam menetapkan fakta. Sir Francis Bacon menekankan pentingnya penalaran induktif. Sir Isaac Newton menggabungkan penalaran induktif dan deduktif untuk menjelaskan hasil eksperimen, dan Galileo Galilei menegaskan bahwa hasil eksperimen harus bisa diulang.

Tokoh lainnya termasuk Karl Popper yang memperkenalkan konsep falsifiabilitas, dan Charles Darwin yang dikenal dengan pendekatannya yang menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk menyampaikan kesimpulan penelitiannya.

Lihat juga: falsifiabilitas, pseudoscience, analisis empiris, pembelajaran tervalidasi, OODA loop, peristiwa black swan, deep learning.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *