Six Sigma adalah sebuah metodologi bisnis yang fokus pada peningkatan kualitas dengan cara mengukur berapa banyak cacat (defect) yang ada dalam suatu proses, lalu secara sistematis mencoba menghilangkannya.
Metode ini dikembangkan oleh insinyur Motorola bernama Bill Smith pada tahun 1984. Tujuannya saat itu adalah untuk mengurangi variasi dalam proses produksi elektronik mereka yang sering menyebabkan produk cacat.
Sejak saat itu, pendekatan Six Sigma berkembang pesat dan mulai diadopsi oleh manajemen atas maupun tim proyek di berbagai industri. Sekarang, konsep defect dalam Six Sigma nggak cuma berarti cacat produk, tapi juga mencakup kekurangan dalam proses bisnis yang bikin perusahaan gagal memenuhi kebutuhan pelanggan.
Metodologi Six Sigma kini jadi fondasi penting di banyak sektor seperti manufaktur, layanan kesehatan, dan IT. Pendekatannya membantu perusahaan mencapai konsistensi, efisiensi, dan kepuasan pelanggan.
Bagaimana Cara Kerja Six Sigma?
Dalam analisis statistik, huruf Yunani sigma (Σ) melambangkan standar deviasi dari rata-rata. Di tahun 1920-an, tokoh statistik Walter Shewhart menyarankan bahwa dalam manufaktur ramping, tiga sigma dari rata-rata adalah batas aman — lewat dari itu, berarti sudah terlalu banyak cacat dan proses harus diperbaiki.
Namun, Bill Smith mengusulkan agar data dikumpulkan dan dianalisis lebih detail, dan menjadikan enam sigma sebagai standar baru untuk mengukur performa proses. Enam sigma ini artinya: hanya boleh ada 3,4 cacat per sejuta kesempatan terjadinya cacat. Sebagai perbandingan, tiga sigma memungkinkan 66.807 cacat dari sejuta kesempatan — jauh lebih longgar.
Setelah data terkumpul, perusahaan akan menggunakan statistik untuk menentukan baseline sigma. Ini adalah tolok ukur seberapa dekat (atau jauh) proses mereka dari target Six Sigma, dan akan digunakan untuk mengevaluasi peningkatan ke depannya.
Dengan bantuan software statistik dan analitik berbasis AI, proses pengumpulan dan analisis data kini makin cepat dan akurat.
Kenapa Six Sigma Itu Penting?
Pendukung Six Sigma mengklaim bahwa strategi ini bisa membawa berbagai manfaat, seperti:
- Hemat biaya proses sampai 50%.
- Mengurangi waktu siklus produksi.
- Meminimalkan pemborosan bahan.
- Memahami kebutuhan pelanggan lebih baik.
- Naiknya kepuasan pelanggan dan kualitas layanan.
Motorola punya hak cipta federal untuk nama “Six Sigma.” Tapi, metode ini memang cukup mahal untuk diterapkan dan bisa butuh waktu bertahun-tahun sebelum kelihatan dampaknya di laporan keuangan.
Di tahun 1995, CEO General Electric Jack Welch menyuarakan dukungan untuk Six Sigma secara publik. Hal ini membuat banyak perusahaan di luar sektor manufaktur mulai paham kalau metode ini juga bisa dipakai buat meningkatkan kepuasan pelanggan di industri lain.
Belakangan, Six Sigma juga sering digabung dengan inisiatif transformasi digital buat bikin proses bisnis makin adaptif dan efisien menghadapi pasar yang cepat berubah.
Prinsip-Prinsip Utama Six Sigma
Berikut lima prinsip dasar yang jadi fondasi pendekatan Six Sigma:
- Fokus pada pelanggan. Semua proses harus sejalan dengan ekspektasi pelanggan.
- Gunakan data. Ambil keputusan berdasarkan analisis statistik.
- Perbaikan berkelanjutan. Bangun budaya untuk terus menyempurnakan proses.
- Libatkan tim. Semua level tim harus ikut serta.
- Analisis menyeluruh. Pelajari proses secara detail.
Prinsip-prinsip ini memastikan hasil yang konsisten dan bisa diukur.
Manfaat Lean Six Sigma
Lean Six Sigma adalah gabungan dari dua metodologi: Six Sigma (untuk mengurangi cacat) dan Lean (untuk menghilangkan pemborosan). Kolaborasi ini membantu organisasi untuk:
- Mempercepat alur kerja dengan menghilangkan inefisiensi.
- Menekan biaya lewat pemanfaatan sumber daya yang lebih optimal.
- Meningkatkan kualitas produk dan kepuasan pelanggan.
- Menyesuaikan proses dengan perubahan permintaan pasar.
Metode gabungan ini sangat efektif di sektor seperti layanan kesehatan, logistik, dan manufaktur.
DMAIC
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam proses Six Sigma DMAIC:
- Define. Tentukan tujuan proyek dan apa saja yang harus dikirimkan ke pelanggan.
- Measure. Pahami performa proses saat ini secara kuantitatif.
- Analyze. Cari tahu akar penyebab dari setiap cacat atau masalah yang terjadi.
- Improve. Temukan cara-cara untuk menghilangkan cacat dan memperbaiki proses yang berjalan.
- Control. Kendalikan dan pantau performa proses agar tetap stabil ke depannya.
DMADV
Berikut ini adalah tahapan dalam Six Sigma DMADV:
- Define. Tentukan cakupan proyek dan semua kebutuhan pelanggan.
- Measure. Ukur dan pahami performa saat ini.
- Analyze. Analisis penyebab cacat yang bisa terjadi.
- Design. Rancang proses yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
- Verify. Pastikan desain proses bisa berjalan dengan baik dan sesuai tujuan.
Tiga langkah awal DMADV sama seperti DMAIC. Karena akronimnya mirip, beberapa perusahaan menggunakan istilah DFSS (Design for Six Sigma) sebagai alternatif.
Metode DMAIC cocok digunakan ketika produk atau layanan yang ada belum memenuhi standar atau harapan pelanggan. Sedangkan DMADV lebih pas digunakan saat perusahaan mengembangkan produk atau layanan baru, atau ketika DMAIC gagal memperbaiki proses yang sudah ada.
Sertifikasi dan sumber daya Six Sigma
Semua proses Six Sigma dijalankan oleh orang-orang dengan jenjang peran tertentu sesuai standar Motorola:
- White Belt: Level pemula yang memahami prinsip dasar.
- Yellow Belt: Anggota tim yang terlibat dalam proyek tertentu.
- Green Belt: Praktisi level menengah yang memimpin proyek di bawah pengawasan.
- Black Belt: Pemimpin proyek kompleks dengan keahlian tinggi.
- Master Black Belt: Mengawasi banyak proyek dan bertanggung jawab terhadap strategi keseluruhan.
Lembaga seperti IASSC menyediakan sertifikasi untuk mengukur pemahaman terhadap metodologi Six Sigma.
Cara menerapkan Six Sigma
Untuk mulai menerapkan Six Sigma di perusahaan, langkah awal adalah menjelaskan manfaatnya kepada stakeholder dan mendapatkan dukungan mereka. Penting juga untuk menyampaikan bahwa mencapai hasil tanpa cacat sama sekali (zero defect) bukanlah tujuan realistis, tapi bisa didekati.
Berikut adalah 8 langkah implementasi Six Sigma:
- Langkah 1: Bangun kesadaran akan kerugian kualitas untuk memotivasi stakeholder.
- Langkah 2: Terapkan manajemen proyek dan pastikan sumber daya tersedia.
- Langkah 3: Edukasi tim mengenai metode manajemen Six Sigma.
- Langkah 4: Buat diagram kontrol kualitas dan tetapkan prioritas perbaikan.
- Langkah 5: Tetapkan tanggung jawab dan kepemilikan bagi setiap anggota tim.
- Langkah 6: Pastikan pengukuran metrik bisnis dilakukan dengan benar.
- Langkah 7: Lakukan analisis akar masalah secara menyeluruh.
- Langkah 8: Jalankan program pengawasan untuk menjamin implementasi dan perbaikan terus-menerus.
Penerapan nyata Six Sigma
Berbagai industri telah sukses menerapkan Six Sigma untuk mengatasi tantangan unik mereka:
- Kesehatan. Mengurangi waktu tunggu pasien dan meningkatkan kualitas layanan.
- Manufaktur. Meningkatkan kualitas produk dan mengurangi jumlah cacat.
- Retail. Mengoptimalkan manajemen inventori dan rantai pasok.
- TI dan pengembangan perangkat lunak. Mengidentifikasi serta menyelesaikan inefisiensi sistem.
Dengan menyesuaikan alat Six Sigma sesuai kebutuhan, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan kepuasan pelanggan secara signifikan.
Perbedaan Six Sigma vs Lean Six Sigma
Meskipun saling melengkapi, fokus utama antara Six Sigma dan Lean Six Sigma itu berbeda. Six Sigma lebih fokus pada konsistensi dan mengurangi variasi proses melalui pendekatan statistik. Sementara itu, Lean Six Sigma mengutamakan efisiensi dengan menghilangkan pemborosan dan memperbaiki proses yang ada.