Apa itu Static Analysis?
Static analysis, atau disebut juga static code analysis, adalah metode debugging dalam pemrograman yang dilakukan dengan cara menganalisis kode tanpa perlu menjalankan programnya. Tujuannya adalah untuk memahami struktur kode serta memastikan bahwa kode tersebut sesuai dengan standar industri. Teknik ini biasa dipakai oleh tim pengembang dan quality assurance di bidang rekayasa perangkat lunak. Umumnya, proses ini dibantu oleh tools otomatis yang akan memindai seluruh kode dalam proyek untuk mendeteksi kerentanan sekaligus memvalidasi kode.
Static analysis efektif untuk menemukan masalah seperti:
- Error pemrograman
- Pelanggaran terhadap standar penulisan kode
- Nilai yang belum didefinisikan
- Kesalahan sintaks
- Celah keamanan
Teknik ini juga sering digunakan untuk menemukan potensi masalah seperti buffer overflow, yang merupakan celah keamanan umum dalam software.
Bagaimana static analysis dilakukan?
Proses static analysis tergolong simpel, apalagi kalau pakai tools otomatis. Biasanya dilakukan di tahap awal pengembangan sebelum software diuji secara dinamis. Dalam praktik DevOps, proses ini masuk di fase create.
Setelah kode ditulis, tool analyzer dijalankan untuk memindai kode dan mengecek apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan (baik yang umum maupun custom). Setelah scanning selesai, tool akan mengidentifikasi apakah ada pelanggaran aturan. Kadang bisa muncul false positive, jadi perlu dicek manual dan diabaikan kalau memang tidak relevan. Selanjutnya, developer bisa mulai memperbaiki error, dimulai dari yang paling kritis. Jika semua masalah sudah diselesaikan, kode bisa lanjut ke fase testing dengan menjalankan program.
Tanpa bantuan tool, proses ini jadi berat karena harus dilakukan manual. Jadi, menggunakan alat otomatis sangat disarankan agar pekerjaan lebih efisien.
Jenis-jenis static analysis
Beberapa metode static analysis yang bisa digunakan antara lain:
- Control analysis – fokus pada alur kontrol dalam struktur pemanggilan seperti proses, fungsi, atau subrutin.
- Data analysis – memastikan bahwa data yang didefinisikan digunakan dengan benar dan objek data bekerja sesuai semestinya.
- Fault/failure analysis – menganalisis kesalahan dan kegagalan dalam komponen model.
- Interface analysis – memverifikasi simulasi agar interface sesuai dengan model dan skenario simulasi.
Dalam cakupan yang lebih luas, static analysis juga bisa dikategorikan sebagai berikut:
– Formal: apakah kode valid secara logika
– Cosmetic: apakah gaya penulisan kode sesuai standar
– Design properties: seberapa kompleks desainnya
– Error checking: mendeteksi error
– Predictive: bagaimana perilaku kode saat dijalankan

Kelebihan dan kekurangan static analysis
Kelebihan:
- Mampu mengevaluasi seluruh kode dalam aplikasi, sehingga meningkatkan kualitas kode.
- Proses lebih cepat dibanding review manual karena menggunakan alat otomatis.
- Bisa dikombinasikan dengan metode testing lain untuk hasil debugging yang lebih mendalam.
- Tools otomatis lebih minim kesalahan dibanding manusia.
- Meningkatkan peluang menemukan celah keamanan dalam kode.
- Dapat dilakukan dalam lingkungan pengembangan offline.
Kekurangan:
- Bisa menghasilkan false positive (indikasi error padahal tidak).
- Tool mungkin tidak menjelaskan jenis kesalahan jika ada bug.
- Tidak semua aturan coding bisa diterapkan, apalagi yang butuh dokumentasi eksternal.
- Prosesnya bisa lebih lama dibanding metode lain.
- Tidak bisa memprediksi bagaimana fungsi akan berjalan secara real-time.
- Tidak selalu bisa menganalisis library sistem atau pihak ketiga.
Perbandingan: Static vs Dynamic Verification
Kelebihan utama static analysis adalah kemampuannya menemukan bug yang mungkin baru muncul setelah software digunakan berbulan-bulan. Namun, ini baru langkah awal dalam menjaga kualitas software. Setelah static analysis selesai, biasanya dilakukan dynamic analysis untuk mendeteksi bug yang lebih halus. Secara terminologi, “static” berarti tetap, sedangkan “dynamic” berarti aktif dan berubah. Dynamic analysis dilakukan dengan cara menjalankan program dan melihat hasilnya secara langsung. Jika digabungkan, kedua metode ini disebut juga glass-box testing.
Tools dan Vendor Static Analysis
Ada banyak tool untuk static verification. Tool ini punya tingkatan masing-masing:
– Unit-level: menganalisis fungsi atau subrutin secara individual.
– Technology-level: mengevaluasi interaksi antar unit program.
– System-level: mengecek interaksi antar program di level sistem.
– Mission-level: menganalisis aspek misi, aturan, dan proses secara keseluruhan.
Sebelum memilih tool, pastikan tool tersebut kompatibel dengan bahasa pemrograman dan standar yang digunakan.
Contoh tool:
- Embold – platform analisis cerdas yang bisa memprioritaskan masalah kode dan menampilkannya secara visual. Tool ini juga mengecek akurasi pola desain yang digunakan.
- Kiuwan – platform yang dirancang untuk integrasi dengan DevOps, mendukung hingga 4.000 aturan keamanan dan bisa diintegrasikan dengan Jenkins.
- PyCharm – IDE populer untuk pengembangan Python dengan fitur navigasi kode, refactoring otomatis, dan tool produktivitas lainnya.