Apa itu traffic shaping?
Traffic shaping, atau yang juga dikenal sebagai packet shaping, adalah metode manajemen kemacetan jaringan yang mengatur aliran data dengan cara menunda pengiriman paket yang kurang penting atau kurang diinginkan. Profesional jaringan bisa mengontrol aliran lalu lintas dengan dua metode utama berikut:
- Data transfer throttling adalah pengaturan aliran paket yang masuk ke dalam jaringan.
- Rate limiting adalah pengaturan aliran paket yang keluar dari jaringan.
Traffic shaping digunakan untuk mengoptimalkan performa jaringan dengan memprioritaskan aliran lalu lintas tertentu supaya tingkat lalu lintas tidak melebihi batas bandwidth. Selain bandwidth, ada tiga faktor besar lain yang memengaruhi kualitas jaringan, yaitu latency, jitter, dan loss.
Traffic shaping mencoba mencegah delay, jitter, dan packet loss dengan mengontrol ukuran burst dan memakai algoritma leaky bucket untuk meratakan laju output setidaknya dalam delapan interval waktu. Kalau lalu lintas masuk lebih lambat dari kecepatan yang dikonfigurasi, maka akan diteruskan seperti biasa. Tapi kalau lalu lintas masuk lebih cepat dari kecepatan yang ditentukan, maka akan ditahan dulu di buffer sampai bisa dikirim tanpa melampaui batas tersebut.
Apa kegunaan traffic shaping?
Traffic shaping adalah teknik *quality of service* (QoS) yang dikonfigurasi pada antarmuka jaringan untuk memungkinkan lalu lintas prioritas tinggi mengalir secara optimal, bahkan ketika koneksi jaringan sedang penuh. Traffic shaping menetapkan batas bandwidth untuk paket yang kurang penting, sehingga mengurangi kemungkinan paket penting tertunda atau hilang saat meninggalkan antarmuka.
Beberapa penggunaan umum traffic shaping antara lain:
- Profesional jaringan dapat memprioritaskan data yang sensitif terhadap waktu dan lalu lintas bisnis dibandingkan lalu lintas yang bisa ditunda sebentar tanpa efek berarti.
- Penyedia layanan internet (ISP) besar bisa mengatur shaping berdasarkan prioritas pelanggan.
- ISP juga bisa membatasi konsumsi bandwidth maksimum untuk aplikasi tertentu demi menekan biaya dan menyediakan kapasitas bagi pelanggan baru. Praktik ini bisa mengurangi pengalaman “tanpa batas” pelanggan dan sering kali dilakukan tanpa pemberitahuan.
- Traffic shaping menjadi komponen utama dalam konsep internet dua-lapis, di mana pelanggan atau layanan tertentu bisa mendapatkan prioritas lalu lintas dengan membayar lebih mahal.
Pentingnya traffic shaping
Traffic shaping jadi penting saat uplink jaringan mulai padat karena banyak data yang keluar dari antarmuka. Tanpa traffic shaping, jaringan bisa membuang atau menumpuk kelebihan paket yang tidak bisa dikirim, yang dapat menyebabkan penundaan atau performa buruk pada aplikasi yang sangat penting.
Dengan traffic shaping, admin jaringan bisa menentukan aplikasi mana yang kurang penting, sehingga paket dari aplikasi tersebut jadi prioritas terakhir untuk tertunda atau dibuang. Secara keseluruhan, traffic shaping adalah teknik manajemen lalu lintas penting untuk memastikan performa jaringan tetap optimal.
Metode traffic shaping
Traffic shaping hanya berlaku untuk paket yang keluar dari antarmuka, bukan yang masuk. Perangkat jaringan akan mengidentifikasi aplikasi asal dari paket IP yang keluar, lalu berdasarkan informasi tersebut, bisa menahan atau menjatuhkan paket-paket tertentu ke dalam antrean sementara sampai batas bandwidth tercapai.
Algoritma leaky bucket akan digunakan untuk merilis paket-paket yang tertunda secara bertahap. Meskipun ini bisa menambah latency, biasanya lebih efisien dibanding membuang paket.
Beberapa metode traffic shaping yang umum antara lain:
- Generic Traffic Shaping (GTS). Metode ini mendukung shaping untuk berbagai jenis media dan tipe enkapsulasi pada router. GTS akan:
- melakukan shaping per-antarmuka dan menggunakan access control list (ACL) untuk memilih lalu lintas yang akan diatur;
- menyesuaikan diri dengan bandwidth yang tersedia secara dinamis dengan menggabungkan shaping dan notifikasi kongesti eksplisit secara mundur (backward ECN);
- merespons fitur Resource Reservation Protocol yang memberikan sinyal pada *asynchronous transfer mode* (ATM) dengan konfigurasi tetap.
- Frame Relay Traffic Shaping (FRTS). Mirip dengan GTS, FRTS mengatasi bottleneck pada jaringan frame relay dengan koneksi cepat di pusat dan koneksi lambat di cabang.
- Class-based Traffic Shaping. Metode ini memungkinkan pengaturan shaping per kelas lalu lintas. Artinya, admin bisa menetapkan shaping pada satu atau beberapa kategori data. Shaping berbasis kelas juga memungkinkan optimasi bandwidth dengan menetapkan kecepatan rata-rata atau puncak untuk shaping. Kalau bandwidth masih tersedia, data bisa tetap lewat meskipun melebihi kecepatan yang dikonfigurasi.
Metode ini juga memungkinkan pembuatan struktur policy map secara hierarkis, di mana shaping bisa ditempatkan dalam policy map utama, dan fitur QoS lain bisa ditaruh di policy map sekunder.
Perbandingan traffic shaping vs. traffic policing
Traffic shaping memengaruhi paket yang keluar dari antarmuka. Paket yang kurang penting akan disimpan sementara di antrean buffer dan dikirim lebih lambat menggunakan teknik leaky bucket.
Sementara itu, traffic policing bisa dikonfigurasi untuk lalu lintas masuk dan keluar. Namun, policing langsung membuang paket jika melebihi batas, tanpa menyimpannya terlebih dahulu. Jadi, dalam banyak kasus, policing kurang efisien dibanding shaping.
Traffic shaping dan net neutrality
Traffic shaping sering jadi topik perdebatan antara pendukung net neutrality dan pendukung sistem dua-lapis. Pendukung net neutrality berpendapat bahwa semua data internet harus diperlakukan secara adil tanpa memandang isi, tujuan, atau sumbernya. Mereka juga menyatakan bahwa menunda satu jenis lalu lintas bisa secara tidak sengaja mengganggu jenis lalu lintas lain.
Sebaliknya, pendukung sistem dua-lapis berargumen bahwa layanan internet memang sejak dulu punya tingkatan berbeda, dan sistem ini bisa memberi lebih banyak pilihan serta mendorong perkembangan bisnis berbasis internet.